Sabtu, 11 Juli 2015

Takraw raih 2 medali emas

Tim beregu sepak takraw putra dan putri porprov Sidoarjo berhasil menyandingkan medali emas di final, 11 Juni 2015. Tim putra berhasil menang 3-0 dengan Kabupaten Pasuruan dan tim putri menang lawan Kota Surabaya dengan skor sama.

Kemenangan untuk merebut dua medali emas tersebut merupakan realisasi dari target KONI Sidoarjo. Tim sepak takraw putra merupakan salah satu cabang olahraga (cabor) yang diunggulkan untuk meraih medali emas.Tim putra yang dihuni oleH Fahmi Reza, M Syafrizal, M Azrul Sani, Abdul Muin dan Setyo Istiawan masih terlalu perkasa bagi lawan-lawannya. Termasuk juga tim putri yang diperkuat Uyun Sri Astuti, Umi Masruro, Herdinda Yuliarti, Rizki Tri Handayani dan Nuri Dian masih terlalu tangguh.

Pelatih sepak takraw M Rifai mengatakan, target emas memang ada di pundak para pemain tim beregu putra dan putri. Karena itu para pemain sangat ngotot untuk merealisasikannya. "Para pemain bermain efektif untuk mencari poin," ucapnya.

Menurutnya, sepak takraw tetap harus dievaluasi. Perkembangan pemain sepak takraw di beberapa daerah akan membuat persaingan sepak takraw akan menjadi lebih ketat. "Kita memang diunggulkan tetapi banyak juga tim sepak takraw daerah lain yang sudah meningkat secara performa," pungkasnya.


Sent from my BlackBerry

Sidoarjo gagal 3 besar

Kabupaten Sidoarjo gagal memenuhi target tiga besar dalam klasemen akhir porprov 2015 di Banyuwangi yang berakhir pada 13 Juni 2015. Kota Delta harus puas berada di posisi keempat dengan koleksi medali 30 emas, 35 perak dan 39 perunggu.

Sidoarjo bahkan nyaris terlempar dari posisi lima besar jelang penutupan porprov. Sejumlah cabang olahraga (cabor) yang bertanding di babak final pada 13 Juni berhasil mengangkat peringkat Sidoarjo dengan koleksi tambahan medali emas. Sebelumnya, hingga satu hari jelang penutupan, posisi Sidoarjo masih belum beranjak dari posisi enam.

Cabor yang masuk final di antaranya, bola voli putra dan putri, bola voli pantai putri, futsal, judo, wushu berhasil memperoleh medali emas. Raihan medali tersebut membuat Sidoarjo memperoleh poin signifikan untuk mengatrol peringkat di klasemen akhir.Apalagi, Kabupaten Malang dan Kabupaten Gresik yang awalnya memiliki peringkat di atas Sidoarjo tidak memiliki sejumlah cabor yang masuk final di hari terakhir. Dengan memiliki poin 229 dari akumulasi perolehan medali emas, perak dan perunggu, Sidoarjo akhirnya bisa menyalip dua kabupaten tersebut yang menjadi musuh bebuyutan di porprov.

Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi (Kabinpres) KONI Sidoarjo mengatakan, sejumlah cabor memang meleset dari target untuk memperoleh medali. Hal terebut membuat peringkat Sidoarjo sulit naik untuk masuk lima besar. Kabupaten Malang dan Kabupaten terus mengoleksi medali untuk cabor-cabor yang sudah dipertandingkan sebelum pembukaan pada 6 Juni.

"Sidoarjo awalnya memang sulit beranjak dari posisi 6 karena cabor favorit medali emas beberapa di antaranya baru bertanding di akhir," jelasnya.

Dua hari jelang penutupan porprov tim pemenangan porprov Sidoarjo langsung menggelar rapat untuk membahas target medali emas yang harus didapat oleh cabor yang bertanding di final. Setiap tim pemenangan diharapkan memberikan motivasi agar target tersebut tercapai. "Akhirnya berhasil. Secara hitung-hitungan poin Sidoarjo berhasil menyodok peringkat keempat," jelasnya.

Sekretaris KONI Sidoarjo Sunardi mengakui, jika secara target, peringkat Sidoarjo memang tidak bisa berada di posisi ketiga. Namun, perolehan medali, meningkat dibandingkan porprov 2013 di Madiun. Pada porprov dua tahun lalu, Sidoarjo memperoleh medali 26 emas, 24 emas dan 45 perunggu. Sedangkan, di porprov Banyuwangi, medali yang diperoleh yalni, 30 emas, 35 perak dan 39 perunggu.

"Persaingan porprov kali ini lebih berat dan banyak kejutan," terangnya.

Sebelumnya KONI Sidoarjo menargetkan posisi ketiga di porprov Banyuwangi. Sidoarjo menargetkan medali 57 emas, 66 perak dan 68 perunggu. (Radar Sidoarjo)
Sent from my BlackBerry

Hadi Sutjipto kunci sukses Formi Sidoarjo

Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat atau Formi merupakan organisasi olahraga yang masih sangat muda. Beda dengan KONI. Atau PSSI yang dibentuk sejak zaman Belanda. Karena itu posisi ketua dan pengurus inti sangat menentukan jalannya organisasi.

Formi Sidoarjo beruntung karena sejak awal ditangani Hadi Sutjipto. Beliau wakil bupati Sidoarjo. Di tengah kesibukannya yang seabrek, Sutjipto sangat intens mengurusi berbagai komunitas olahraga yang tergabung dalam Formi. Beliau rela tidak libur akhir pekan untuk menyemangati komunitas-komunitas itu.

Sulit membayangkan Formi Sidoarjo bisa berkembang pesat dalam waktu singkat tanpa sentuhan tangan dingin Sutjipto. Ya jelas aja, beliau kan wabup. Punya otoritas untuk menggerakkan sumber daya di kabupaten? Bisa memerintahkan kepala-kepala dinas, para camat, hingga kepala desa? Bisa mengusahakan anggaran?

Betul. Tapi, jangan lupa, sebagian besar formi di Jatim ternyata tidak jalan. Padahal formi-formi itu juga dipimpin wakil bupati atau wakil wali kota. Ini membuktikan bahwa Pak Sucipto memiliki leadership yang mampu menggerakkan formi di Sidoarjo. Tanpa leadership mustahillah sebuah organisasi bisa berjalan dengan baik. Apalagi formi ini bukan organisasi yang bisa membuat orang cepat populer seperti PSSI yang jadi rebutan banyak tokoh itu.

Hanya saja, perlu diingatkan bahwa Pak Sutjipto tentu tidak mungkin terus-terusan mengurusi formi. Jika beliau tak lagi menjabat wakil bupati, otomatis formi harus diurus oleh orang lain yang mungkin bukan pejabat setingkat wakil bupati. Bisa jadi orang biasa, pensiunan pejabat, yang tak punya akses ke pemkab sehebat Hadi Sutjipto.

Dan itu akan menjadi batu ujian yang sesungguhnya untuk Formi Sidoarjo. Apakah bisa tetap jaya jika tidak dipimpin oleh pejabat tinggi? Apakah kegiatan rutin car free day yang dipuji formi pusat bisa berlanjut? Mampukah formi bisa eksis tanpa difasilitasi pejabat?

Mudah-mudahan Formi Sidoarjo siap menghadapi situasi seperti itu?


Sent from my BlackBerry

Sidoarjo kuasai bola voli putra dan putri

Prestasi membanggakan diraih oleh cabang olahraga (cabor) bola voli putra dan putri Sidoarjo. Meski hanya ditargetkan meraih medali perak, keduanya malah membuat kejutan. Tim bola voli putra dan putri berhasil mengawinkan gelar medali emas di babak final porprov 2015 di Banyuwangi.Tim bola voli putra membuat kejutan dengan mengalahkan tim kuat bola voli putra Kota Surabaya dengan skor 3-0.

Tim putri juga tidak kalah digdaya. Mereka juga berhasil melumat tim bola voli putri Kabupaten Probolinggo. Tim putri bahkan tidak pernah kalah mulai babak penyisihan hingga partai final.Hasil tersebut sekaligus membuat sejarah bagi tim bola voli Sidoarjo dengan mengawinkan dua gelar bola voli indoor.

Raihan emas itu juga untuk mengobati hasil dari tim bola voli pantai yang hanya meraih satu medali emas di nomor voli pantai putri.

Pelatih bola voli putri Sidoarjo Pedro Bertholemous Lilipaly mengatakan, hasil positif selama babak penyisihan tidak disiasiakan tim. Tim bola voli putrid terus mencari target memenangkan pertandingan. "Meski sudah lolos penyisihan kami tidak ingin main-main dan kami ingin terus menang."

Dia mengungkapkan, mental bertnding para pemain yang sudah terjaga akhirnya membuahkan hasil. Para pemain tampil prima di semifinal hingga final. Meski menghadapi lawan berat, namun para pemain tetap menampilkan permainan terbaik. "Medali emas merupakan hasil kerja keras pemain."

Hal yang sama juga diungkapkan oleh pelatih bola voli putra Sidoarjo, Markoji. Meski harus mati-matian memperoleh nilai di babak penyisihian, namun Sidoarjo akhirnya bias meraih emas. Puncak permainan, tim Kota Delta ditunjukkan setelah menang 3-0 melawan tim Kabupaten Banyuwangi 3-0 di babak penyisihan.

"Setelah kalah lawan Kabupaten Blitar, tim harus menang lawan tuan rumah. Para pemain tidak beban justru malah percaya diri," katanya.

.Dia menegaskan, setelah masuk di babak semifinal para pemain semakin bersemangat. Menghadapi musuh bebuyutan tim Kota Surbaya di final, para pemain tampil lepas. "Para pemain tampil all out dan memperoleh hasil yang luar biasa," ucapnya.

Ketua Persatuan Bola Voli Seluruh Indonesia (PBVSI) Sidoarjo Sigit Setyawan mengaku bersyukur dengan raihan emas dari bola voli indoor. "Ini hasil kerja keras semua tim bola voli putra dan putrid. Alhamdulillah bisa memberikan sumbangan emas untuk Sidoarjo," katanya. (Radar Sidoarjo)

Sent from my BlackBerry

Sidoarjo rajanya futsal di Jawa Timur

Tim futsal Sidoarjo masih terlalu kuat di Jawa Timur. Di babak final porprov di Banyuwangi, 13 Juni 2015, Sidoarjo mengalahkan tuan rumah Banyuwangi 6-2. Skor telak. Ribuan pendukung tuan rumah menjadi saksi hegemoni Sidoarjo di dunia futsal Jatim.

Ini berarti Sidoarjo berhasil mempertahankan medali emas sejak futsal dipertandingkan di porprov Madiun 2013. Tidak keliru kalau orang bilang Sidoarjo adalah rajanya futsal Jatim. Surabaya di posisi ketiga.

"Anak-anak main tenang dan sangat nyaman. Laga final itu justru penampilan terbaik anak-anak," kata Ruliyanto, pelatih futsal Sidoarjo.

Biasanya pemain-pemain sulit bermain nyaman di depan pendukung tuan rumah. Namun kamus lawas itu tidak berlaku untuk Sidoarjo. Mereka justru makin kesetanan saat diteror suporter tuan rumah. Ini juga menunjukkan mental juara anak-anak kota delta.

Prestasi Sidoarjo di ajang futsal Jatim memang mencorong. Yakni, juara pertama kejuaraan antar-pengcab 2012, porprov Jatim 2013, Kejurprov 2014 dan Porprov Jatim 2015.

Manajer tim futsal Sidoarjo, Dedy Eko Suwandi menegaskan, perjuangan timnya sejak babak penyisihan hingga final cukup berat. "Kami menghadapi lawan yang tangguh-tangguh sejak babak penyisihan. Kami bertemu Kabupaten Blitar di babak penyisihan, kemudian menghadapi Gresik, Surabaya dan terakhir Banyuwangi," urai Dedy pemilik Dyvy FC.

Persiapan Sidoarjo memang sistematis dan berjenjang. Selepas porprov 2013, pengurus langsung mengadakan kompetisi remaja siswa SMP. Bibit-bibit muda itu kemudian digembleng agar terbentuk tim yang solid.


Sent from my BlackBerry

Sepakbola dapat perak di Porprov 2015 Banyuwangi

Tim sepakbola Kabupaten Sidoarjo lumayan sukses di pekan olahraga provinsi (porprov) Banyuwangi, 6-13 Juni 2015. Betapa tidak. Tim asuhan Istikoh Hadi Susanto ini sejak awal diragukan banyak kalangan. Istikoh juga dipertanyakan kemampuannya menangani anak-anak Delta U-13.

Tapi tim asuhan Istokoh itu berhasil membalikkan keraguan banyak orang. Tampil trengginas di babak kualifikasi, dan akhirnya tembus ke partai final. Sayang, di babak final stamina pemain Sidoarjo kedodoran. Kalah dari Tulungagung yang tadinya dianggap bukan unggulan.

Maklum, di semifinal anak-anak muda itu harus berjuang keras hingga adu penalti melawan Pasuruan. Tim pelatih juga mengaku buta kekuatan Tulungagung yang sebelumnya bikin kejutan dengan mengalahkan tuan rumah Banyuwangi. Ini jadi pelajaran bagi Sidoarjo agar jangan sekali-kali meremehkan lawan.

Sebelum porprov di Banyuwangi, Sidoarjo hanya menganggap Surabaya sebagai saingan terberat yang harus dikalahkan. Karena itu, di laga pertama penyisihan grup, Machali dkk langsung fight untuk menyingkirkan Surabaya. Hasilnya Surabaya kalah telak 4-0.

Meskipun gagal mendapat medali emas, tim sepakbola Porprov Sidoarjo berhasil mewujudkan target masuk final. Semoga dua tahun mendatang Sidoarjo bisa menjadi yang terbaik, the best, di Jawa Timur. Jangan puas jadi runner-up!




Sent from my BlackBerry

Persida dikembalikan ke Pemkab Sidoarjo

Salah satu hasil kongres Askab PSSI Sidoarjo kemarin adalah mengembalikan Persida ke Pemkab Sidoarjo. Manajemen PT Bumi Persida Jenggolo merasa tak sanggup mengelola klub yang tahun 2015 tercatat sebagai peserta kompetisi Divisi Utama itu.
"Persida itu aslinya memang milik Pemkab Sidoarjo. Makanya kami kembalikan ke pemkab agar Persida bisa lebih baik ke depan," kata Ahmad Riyadh, ketua Askab PSSI Sidoarjo yang juga pengurus PT Bumi Persida Jenggolo.

Riyadh mengaku babak belur ketika mengelola Persida yang ikut kompetisi divisi utama 2014. Sulit cari sponsor, dukungan dari pemkab pun tak ada, karena Persida dianggap klub profesional. Upaya Riyadh dkk meminta pemkab "menekan" perusahaan-perusahaan di Sidoarjo untuk urunan lewat CSR pun mentok.

Akibatnya, Persida tidak bisa melakukan persiapan untuk mengikuti kompetisi divisi utama 2015. Bahkan, sehari sebelum kickoff divisi utama pun manajemen dan tim Persida belum terbentuk. Tidak jelas nama-nama pemain Persida. Syukurlah, kompetisi divisi utama dibatalkan gara-gara konflik antara PSSI La Nyalla dan Menpora Imam Nahrawi.

Riyadh dkk justru bisa tersenyum di balik kisruh PSSI vs menpora yang tak berkesudahan itu. Akankah Persida bisa lebih baik dikelola sendiri oleh Pemkab Sidoarjo? Kita tunggu saja.


Sent from my BlackBerry