Sabtu, 11 Juli 2015

Takraw raih 2 medali emas

Tim beregu sepak takraw putra dan putri porprov Sidoarjo berhasil menyandingkan medali emas di final, 11 Juni 2015. Tim putra berhasil menang 3-0 dengan Kabupaten Pasuruan dan tim putri menang lawan Kota Surabaya dengan skor sama.

Kemenangan untuk merebut dua medali emas tersebut merupakan realisasi dari target KONI Sidoarjo. Tim sepak takraw putra merupakan salah satu cabang olahraga (cabor) yang diunggulkan untuk meraih medali emas.Tim putra yang dihuni oleH Fahmi Reza, M Syafrizal, M Azrul Sani, Abdul Muin dan Setyo Istiawan masih terlalu perkasa bagi lawan-lawannya. Termasuk juga tim putri yang diperkuat Uyun Sri Astuti, Umi Masruro, Herdinda Yuliarti, Rizki Tri Handayani dan Nuri Dian masih terlalu tangguh.

Pelatih sepak takraw M Rifai mengatakan, target emas memang ada di pundak para pemain tim beregu putra dan putri. Karena itu para pemain sangat ngotot untuk merealisasikannya. "Para pemain bermain efektif untuk mencari poin," ucapnya.

Menurutnya, sepak takraw tetap harus dievaluasi. Perkembangan pemain sepak takraw di beberapa daerah akan membuat persaingan sepak takraw akan menjadi lebih ketat. "Kita memang diunggulkan tetapi banyak juga tim sepak takraw daerah lain yang sudah meningkat secara performa," pungkasnya.


Sent from my BlackBerry

Sidoarjo gagal 3 besar

Kabupaten Sidoarjo gagal memenuhi target tiga besar dalam klasemen akhir porprov 2015 di Banyuwangi yang berakhir pada 13 Juni 2015. Kota Delta harus puas berada di posisi keempat dengan koleksi medali 30 emas, 35 perak dan 39 perunggu.

Sidoarjo bahkan nyaris terlempar dari posisi lima besar jelang penutupan porprov. Sejumlah cabang olahraga (cabor) yang bertanding di babak final pada 13 Juni berhasil mengangkat peringkat Sidoarjo dengan koleksi tambahan medali emas. Sebelumnya, hingga satu hari jelang penutupan, posisi Sidoarjo masih belum beranjak dari posisi enam.

Cabor yang masuk final di antaranya, bola voli putra dan putri, bola voli pantai putri, futsal, judo, wushu berhasil memperoleh medali emas. Raihan medali tersebut membuat Sidoarjo memperoleh poin signifikan untuk mengatrol peringkat di klasemen akhir.Apalagi, Kabupaten Malang dan Kabupaten Gresik yang awalnya memiliki peringkat di atas Sidoarjo tidak memiliki sejumlah cabor yang masuk final di hari terakhir. Dengan memiliki poin 229 dari akumulasi perolehan medali emas, perak dan perunggu, Sidoarjo akhirnya bisa menyalip dua kabupaten tersebut yang menjadi musuh bebuyutan di porprov.

Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi (Kabinpres) KONI Sidoarjo mengatakan, sejumlah cabor memang meleset dari target untuk memperoleh medali. Hal terebut membuat peringkat Sidoarjo sulit naik untuk masuk lima besar. Kabupaten Malang dan Kabupaten terus mengoleksi medali untuk cabor-cabor yang sudah dipertandingkan sebelum pembukaan pada 6 Juni.

"Sidoarjo awalnya memang sulit beranjak dari posisi 6 karena cabor favorit medali emas beberapa di antaranya baru bertanding di akhir," jelasnya.

Dua hari jelang penutupan porprov tim pemenangan porprov Sidoarjo langsung menggelar rapat untuk membahas target medali emas yang harus didapat oleh cabor yang bertanding di final. Setiap tim pemenangan diharapkan memberikan motivasi agar target tersebut tercapai. "Akhirnya berhasil. Secara hitung-hitungan poin Sidoarjo berhasil menyodok peringkat keempat," jelasnya.

Sekretaris KONI Sidoarjo Sunardi mengakui, jika secara target, peringkat Sidoarjo memang tidak bisa berada di posisi ketiga. Namun, perolehan medali, meningkat dibandingkan porprov 2013 di Madiun. Pada porprov dua tahun lalu, Sidoarjo memperoleh medali 26 emas, 24 emas dan 45 perunggu. Sedangkan, di porprov Banyuwangi, medali yang diperoleh yalni, 30 emas, 35 perak dan 39 perunggu.

"Persaingan porprov kali ini lebih berat dan banyak kejutan," terangnya.

Sebelumnya KONI Sidoarjo menargetkan posisi ketiga di porprov Banyuwangi. Sidoarjo menargetkan medali 57 emas, 66 perak dan 68 perunggu. (Radar Sidoarjo)
Sent from my BlackBerry

Hadi Sutjipto kunci sukses Formi Sidoarjo

Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat atau Formi merupakan organisasi olahraga yang masih sangat muda. Beda dengan KONI. Atau PSSI yang dibentuk sejak zaman Belanda. Karena itu posisi ketua dan pengurus inti sangat menentukan jalannya organisasi.

Formi Sidoarjo beruntung karena sejak awal ditangani Hadi Sutjipto. Beliau wakil bupati Sidoarjo. Di tengah kesibukannya yang seabrek, Sutjipto sangat intens mengurusi berbagai komunitas olahraga yang tergabung dalam Formi. Beliau rela tidak libur akhir pekan untuk menyemangati komunitas-komunitas itu.

Sulit membayangkan Formi Sidoarjo bisa berkembang pesat dalam waktu singkat tanpa sentuhan tangan dingin Sutjipto. Ya jelas aja, beliau kan wabup. Punya otoritas untuk menggerakkan sumber daya di kabupaten? Bisa memerintahkan kepala-kepala dinas, para camat, hingga kepala desa? Bisa mengusahakan anggaran?

Betul. Tapi, jangan lupa, sebagian besar formi di Jatim ternyata tidak jalan. Padahal formi-formi itu juga dipimpin wakil bupati atau wakil wali kota. Ini membuktikan bahwa Pak Sucipto memiliki leadership yang mampu menggerakkan formi di Sidoarjo. Tanpa leadership mustahillah sebuah organisasi bisa berjalan dengan baik. Apalagi formi ini bukan organisasi yang bisa membuat orang cepat populer seperti PSSI yang jadi rebutan banyak tokoh itu.

Hanya saja, perlu diingatkan bahwa Pak Sutjipto tentu tidak mungkin terus-terusan mengurusi formi. Jika beliau tak lagi menjabat wakil bupati, otomatis formi harus diurus oleh orang lain yang mungkin bukan pejabat setingkat wakil bupati. Bisa jadi orang biasa, pensiunan pejabat, yang tak punya akses ke pemkab sehebat Hadi Sutjipto.

Dan itu akan menjadi batu ujian yang sesungguhnya untuk Formi Sidoarjo. Apakah bisa tetap jaya jika tidak dipimpin oleh pejabat tinggi? Apakah kegiatan rutin car free day yang dipuji formi pusat bisa berlanjut? Mampukah formi bisa eksis tanpa difasilitasi pejabat?

Mudah-mudahan Formi Sidoarjo siap menghadapi situasi seperti itu?


Sent from my BlackBerry

Sidoarjo kuasai bola voli putra dan putri

Prestasi membanggakan diraih oleh cabang olahraga (cabor) bola voli putra dan putri Sidoarjo. Meski hanya ditargetkan meraih medali perak, keduanya malah membuat kejutan. Tim bola voli putra dan putri berhasil mengawinkan gelar medali emas di babak final porprov 2015 di Banyuwangi.Tim bola voli putra membuat kejutan dengan mengalahkan tim kuat bola voli putra Kota Surabaya dengan skor 3-0.

Tim putri juga tidak kalah digdaya. Mereka juga berhasil melumat tim bola voli putri Kabupaten Probolinggo. Tim putri bahkan tidak pernah kalah mulai babak penyisihan hingga partai final.Hasil tersebut sekaligus membuat sejarah bagi tim bola voli Sidoarjo dengan mengawinkan dua gelar bola voli indoor.

Raihan emas itu juga untuk mengobati hasil dari tim bola voli pantai yang hanya meraih satu medali emas di nomor voli pantai putri.

Pelatih bola voli putri Sidoarjo Pedro Bertholemous Lilipaly mengatakan, hasil positif selama babak penyisihan tidak disiasiakan tim. Tim bola voli putrid terus mencari target memenangkan pertandingan. "Meski sudah lolos penyisihan kami tidak ingin main-main dan kami ingin terus menang."

Dia mengungkapkan, mental bertnding para pemain yang sudah terjaga akhirnya membuahkan hasil. Para pemain tampil prima di semifinal hingga final. Meski menghadapi lawan berat, namun para pemain tetap menampilkan permainan terbaik. "Medali emas merupakan hasil kerja keras pemain."

Hal yang sama juga diungkapkan oleh pelatih bola voli putra Sidoarjo, Markoji. Meski harus mati-matian memperoleh nilai di babak penyisihian, namun Sidoarjo akhirnya bias meraih emas. Puncak permainan, tim Kota Delta ditunjukkan setelah menang 3-0 melawan tim Kabupaten Banyuwangi 3-0 di babak penyisihan.

"Setelah kalah lawan Kabupaten Blitar, tim harus menang lawan tuan rumah. Para pemain tidak beban justru malah percaya diri," katanya.

.Dia menegaskan, setelah masuk di babak semifinal para pemain semakin bersemangat. Menghadapi musuh bebuyutan tim Kota Surbaya di final, para pemain tampil lepas. "Para pemain tampil all out dan memperoleh hasil yang luar biasa," ucapnya.

Ketua Persatuan Bola Voli Seluruh Indonesia (PBVSI) Sidoarjo Sigit Setyawan mengaku bersyukur dengan raihan emas dari bola voli indoor. "Ini hasil kerja keras semua tim bola voli putra dan putrid. Alhamdulillah bisa memberikan sumbangan emas untuk Sidoarjo," katanya. (Radar Sidoarjo)

Sent from my BlackBerry

Sidoarjo rajanya futsal di Jawa Timur

Tim futsal Sidoarjo masih terlalu kuat di Jawa Timur. Di babak final porprov di Banyuwangi, 13 Juni 2015, Sidoarjo mengalahkan tuan rumah Banyuwangi 6-2. Skor telak. Ribuan pendukung tuan rumah menjadi saksi hegemoni Sidoarjo di dunia futsal Jatim.

Ini berarti Sidoarjo berhasil mempertahankan medali emas sejak futsal dipertandingkan di porprov Madiun 2013. Tidak keliru kalau orang bilang Sidoarjo adalah rajanya futsal Jatim. Surabaya di posisi ketiga.

"Anak-anak main tenang dan sangat nyaman. Laga final itu justru penampilan terbaik anak-anak," kata Ruliyanto, pelatih futsal Sidoarjo.

Biasanya pemain-pemain sulit bermain nyaman di depan pendukung tuan rumah. Namun kamus lawas itu tidak berlaku untuk Sidoarjo. Mereka justru makin kesetanan saat diteror suporter tuan rumah. Ini juga menunjukkan mental juara anak-anak kota delta.

Prestasi Sidoarjo di ajang futsal Jatim memang mencorong. Yakni, juara pertama kejuaraan antar-pengcab 2012, porprov Jatim 2013, Kejurprov 2014 dan Porprov Jatim 2015.

Manajer tim futsal Sidoarjo, Dedy Eko Suwandi menegaskan, perjuangan timnya sejak babak penyisihan hingga final cukup berat. "Kami menghadapi lawan yang tangguh-tangguh sejak babak penyisihan. Kami bertemu Kabupaten Blitar di babak penyisihan, kemudian menghadapi Gresik, Surabaya dan terakhir Banyuwangi," urai Dedy pemilik Dyvy FC.

Persiapan Sidoarjo memang sistematis dan berjenjang. Selepas porprov 2013, pengurus langsung mengadakan kompetisi remaja siswa SMP. Bibit-bibit muda itu kemudian digembleng agar terbentuk tim yang solid.


Sent from my BlackBerry

Sepakbola dapat perak di Porprov 2015 Banyuwangi

Tim sepakbola Kabupaten Sidoarjo lumayan sukses di pekan olahraga provinsi (porprov) Banyuwangi, 6-13 Juni 2015. Betapa tidak. Tim asuhan Istikoh Hadi Susanto ini sejak awal diragukan banyak kalangan. Istikoh juga dipertanyakan kemampuannya menangani anak-anak Delta U-13.

Tapi tim asuhan Istokoh itu berhasil membalikkan keraguan banyak orang. Tampil trengginas di babak kualifikasi, dan akhirnya tembus ke partai final. Sayang, di babak final stamina pemain Sidoarjo kedodoran. Kalah dari Tulungagung yang tadinya dianggap bukan unggulan.

Maklum, di semifinal anak-anak muda itu harus berjuang keras hingga adu penalti melawan Pasuruan. Tim pelatih juga mengaku buta kekuatan Tulungagung yang sebelumnya bikin kejutan dengan mengalahkan tuan rumah Banyuwangi. Ini jadi pelajaran bagi Sidoarjo agar jangan sekali-kali meremehkan lawan.

Sebelum porprov di Banyuwangi, Sidoarjo hanya menganggap Surabaya sebagai saingan terberat yang harus dikalahkan. Karena itu, di laga pertama penyisihan grup, Machali dkk langsung fight untuk menyingkirkan Surabaya. Hasilnya Surabaya kalah telak 4-0.

Meskipun gagal mendapat medali emas, tim sepakbola Porprov Sidoarjo berhasil mewujudkan target masuk final. Semoga dua tahun mendatang Sidoarjo bisa menjadi yang terbaik, the best, di Jawa Timur. Jangan puas jadi runner-up!




Sent from my BlackBerry

Persida dikembalikan ke Pemkab Sidoarjo

Salah satu hasil kongres Askab PSSI Sidoarjo kemarin adalah mengembalikan Persida ke Pemkab Sidoarjo. Manajemen PT Bumi Persida Jenggolo merasa tak sanggup mengelola klub yang tahun 2015 tercatat sebagai peserta kompetisi Divisi Utama itu.
"Persida itu aslinya memang milik Pemkab Sidoarjo. Makanya kami kembalikan ke pemkab agar Persida bisa lebih baik ke depan," kata Ahmad Riyadh, ketua Askab PSSI Sidoarjo yang juga pengurus PT Bumi Persida Jenggolo.

Riyadh mengaku babak belur ketika mengelola Persida yang ikut kompetisi divisi utama 2014. Sulit cari sponsor, dukungan dari pemkab pun tak ada, karena Persida dianggap klub profesional. Upaya Riyadh dkk meminta pemkab "menekan" perusahaan-perusahaan di Sidoarjo untuk urunan lewat CSR pun mentok.

Akibatnya, Persida tidak bisa melakukan persiapan untuk mengikuti kompetisi divisi utama 2015. Bahkan, sehari sebelum kickoff divisi utama pun manajemen dan tim Persida belum terbentuk. Tidak jelas nama-nama pemain Persida. Syukurlah, kompetisi divisi utama dibatalkan gara-gara konflik antara PSSI La Nyalla dan Menpora Imam Nahrawi.

Riyadh dkk justru bisa tersenyum di balik kisruh PSSI vs menpora yang tak berkesudahan itu. Akankah Persida bisa lebih baik dikelola sendiri oleh Pemkab Sidoarjo? Kita tunggu saja.


Sent from my BlackBerry

Minggu, 10 Mei 2015

Askab Sidoarjo Ikut Bingung

Sikap PSSI yang menghentikan semua kompetisi di tanah air membuat pengurus Askab PSSI Sidoarjo bingung. Keputusan ekstrem tersebut dikhawatirkan menular pada kompetisi internal di semua asosiasi kabupaten (askab), termasuk di Sidoarjo.

Sekretaris Askab PSSI Sidoarjo Rosyid Mardani mengaku belum tahu apakah keputusan PSSI pusat untuk menyetop kompetisi itu juga berlaku untuk kompetisi internal di tingkat kabupaten/kota. Jika keputusan pemberhentian kompetisi tersebut berlaku untuk seluruh komptisi di lingkungan PSSI, dari pusat sampai daerah, otomatis kompetisi internal di lingkungan Askab Sidoarjo pun terpengaruh.

"Makanya, kami masih mempertanyakan bagaimana kelanjutan kompetisi internal di Sidoarjo," ujarnya Rabu (6/5/2015).

Menurut Rosyid, kepastian harus segera disampaikan ke karena kompetisi internal segera dimulai di daerah-daerah. Askab PSSI Sidoarjo pun segera memulai kompetisi internal. "Kompetisi internal itu untuk mencari bibit pemain baru," katanya.

Jika kompetisi dihentikan, imbuhnya, pembibitan pemain akan berhenti. Tidak ada event untuk bisa melihat kemampuan para pemain berbakat di daerah-daerah. Di Sidoarjo ada 36 klub peserta kompetisi internal. Baik itu di kelas utama, kelas 1, dan kelas 2. Jika kompetisi dihentikan, maka ratusan pemain itu tidak akan mendapatkan wadah untuk unjuk kebolehan. "Wasit maupun perangkat pertandingan juga akan nganggur," keluhnya.

Sumber : radar sidoarjo

Manajemen Deltras Pasrah Liga Nusantara Distop

Liga Nusantara Zona Jawa Timur akhirnya dihentikan. Penghentian kompetisi amatir tersebut disepakati semua tim peserta Liga Nusantara 2015 dalam rapat dengan Asprov PSSI Jawa Timur di Hotel Sahid, Surabaya, Jumat 8/5/2015).

Keputusan ini sudah diprediksi sejak awal oleh manajemen Deltras. Pasalnya, Liga Nusantara Zona Jawa Tengah juga distop. Penghentian Liga Nusantara tentu saja berpengaruh pada nasib tim Deltras yang telah susah payah merekrut dan membina para pemain. Deltras bahkan sudah melakukan serangkaian uji coba. Baik itu dengan tim peserta Liga Nusantara maupun Divisi Utama.

Manajemen Deltras belum bisa dihubungi terkait berhentinya Liga Nusantara ini. Pengurus Deltras Achmad Amir Aslichin belum bisa dikonfirmasi. Telepon selulernya tidak aktif saat dihubungi Radar Sidoarjo. Begitu pula sekretaris Deltras Achmad Zaini tidak menjawab
saat ditelepon maupun di-SMS.

Pelatih Deltras Harmadi mengaku sudah mendengar kabar pemberhentian Liga Nusantara. Pria asli Sidoarjo ini kecewa berat dengan kabar buruk tersebut. Sebab, tim Deltras sudah siap mengikuti laga perdana. "Liga Nusantara distop dan kapan dilanjutkan juga belum tahu," keluhnya.

Sebelum berkomunikasi dengan manajemen Deltras, Harmadi akan mengajak para pemain untuk tetap berlatih. Hal tersebut sebagai komitmen dirinya atas kontrak yang diberikan oleh manajemen. Sama halnya dengan para pemain yang juga sudah mengikat kontrak klub berjuluk The Lobster itu. "Kami masih tunggu sikap dari manajemen bagaimana. Kasihan kan para pemain," pungkasnya.

Sumber: Radar Sidoarjo

Sabtu, 02 Mei 2015

Perkesa 78 Cikal Bakal Suap di Sepakbola Indonesia

Sumber: Tempo 14 Juli 1979

DENGAN Galatama, semula diharapkan terhapus rongrongan suap. Ternyata tidak Jafeth Sibi, kapten kesebelasan Perkesa 78, dituduh telah menerima sogokan sebesar Rp 1,5 juta dari JSG untuk pertandingan melawan Cahaya Kita di stadion Menteng, Jakarta, 5 Juni 1979. Akibatnya, Perkesa 78 bubar.

Awal pekan ini Jafeth masih terdaftar dalam tim PSSI Utama yang tengah mengikuti turnamen Merdeka Games di Kuala Lumpur. Dari pengakuan rekannya yang diperiksa polisi memang terungkap adanya permainan duit. JSG membenarkan pula bahwa ia telah mendrop uang sebanyak yang dituduhkan, untuk beberapa pemain Perkesa 78. Melalui Jafeth, mereka yang disebut-sebut kebagian rezeki adalah Yulius Woff, Baso Ivak Dalam, serta kedua adiknya — Frederick Sibi dan Saul Sibi. Jumlah untuk mereka, menurut pengakuan Saul, masing-masing Rp 80.000. Ia juga membenarkan bahwa mereka sebelum bertanding telah menerima instruksi dari Jafeth, sang kapten, supaya mengalah, maksimal bermain seri, dengan Cahaya Kita. Perkesa 78 memang kalah 1-0.

Kasus suap di Perkesa 78 ini mungkin tak akan terungkap, minimal untuk sementara, jika X (namanya ada pada redaksi) tak memberanikan diri menulis surat kepada Acub Zainal, ketua Perkesa 78 menjelang pertandingan melawan lunas Inti di Bogor 30 Juni lalu. Menurut X, Perkesa 78 sudah diatur JSG untuk kalah 0-2 dari Tunas Inti. Laporan X, setelah Acub mencek sendiri, ternyata betul. 

Dari percakapan para petaroh diketahuinya pula bahwa mereka agk menemui kesukaran untuk mengatur skor tersebut. Sebab Jafeth sedang berada di Kuala Lumpur. Dalam pertandingan 30 Juni itu Acub muncul di lapangan setelah jedah. Saat itu, Perkesa 78 sudah ketingga1an 0-1. Langsung ia mengumpulkan anak asuhannya, dan menuding mereka satu persatu. "Jangan terulang lagi seperti waktu melawan Cahaya Kita," sergahnya. Para pemain yang tidak tahu-menahu kasus suap ketika menghadapi Cahaya Kita, tentu saja bengong. Mereka baru mengerti duduk persoalan setelah Acub membeberkan cerita malam harinya.

Pertandingan Perkesa melawan Tunas Inti berakhir seri 1-1. Sesungguhnya mereka bisa menang. Dicurigai juga pertandingn Perkesa 78 melawan Buana Putera di Jakarta — 5 hari sebelumnya — juga sudah 'diatur' para bandar. Tidak jelas untuk kalah atau menang, karena akhirnya Perkcsa 78 menang 4-0. Acub membawa skandal sogok ini 4 Juli lalu ke sidang komisi Galatama. Ia meminta agar perkumpulannya diberi kelonggaran untuk tidak mengikuti kompetisi selama 2 bulan. Alasannya, kasus Jafeth dkk telah merusak kekompakan tim. Permintaan itu dikabulkan. Dan PSSI sekaligus mengambil oper persoalan sogok itu.

Seusai rapat komisi Galatama itu, Acub ternyata membubarkan perkumpulannya. "Mana mungkin dalam waktu 2 bulan dapat melakukan rehabilitasi fisik dan mental," alasannya. "Saya fikir, saya ini gila kalau mau meneruskan."

 Perkesa 78 yang bermukim di Bogor sejak berdiri Desember silam telah mengeluarkan biaya Rp 56 juta, antara lain untuk gaji pemain, perumahan dan pengadaan lapangan. Dari pertandingan, pemasukan bersih mereka hanya Rp 4 juta. Dalam putaran kompetisi Galatama, saat ini mereka menempati urutan ke-3 dengan nilai 11 dari 9 kali pertandingan. "Kalau tidak dirusak oleh tukang-tukang suap itu, saya optimis masuk 8 besar," kata Acub.

Mengap kasus suap terjadi? Ny. Sibi mengungkapkan kepada Kompas bahwa akhir-akhir ini Jafeth suaminya, selalu menjadi tempat mengadu bagi para pemain, terutama sesudah terjadi kericuhan dalam kepengurusan Perkesa 78. Antara lain, dikatakannya, sewaktu akan menghadapi Cahaya Kita jatah makanan dihentikan oleh bagian konsumsi. Anggaran kesejahteraan sering terlantar. Akibatnya, pemain mogok latihan. 

"Pengurus di Jakarta hanya tahu baiknya saja," kata Ny. Sibi. Betulkah? "Tidak benar sama sekali," bantah Acub. "Suap itu terjadi disebabkan mental mereka yang sudah bobrok." Pemain Perkesa 78, seperti Jafeth, mendapat uang saku bersih Rp 85.000 per bulan. Kebutuhan lain, seperti perumahan, pengobatan, makan, ditanggung oleh perkumpulan. "Patut disayang keputusan pak Acub itu," komentar pimpinan Cahaya Kita, Kaslan Rodisi. Ia menilai bahwa Perkesa 78, dengan pemain sisa, masih sanggup untuk masuk 8 Besar dalam Galatama yang beranggotakan 14 perkumpulan.

Acub Dan X

SUATU pagi, akhir Juni lalu, Acub Zainal kedatangan tamu. Ia sebetulnya agak enggan untuk menerima orang hari itu. Lagi pula tamu itu tak dikenalnya. Siapa dia? Lelaki itu baiklah kita sebut X. Ialah yang mengirim surat kepada Acub tentang adanya ketidakberesan di kalangan pemain Perkesa 78. "Saya melaporkan adanya penyuapan ini, karena saya simpati kepada Pak Acub," cerita X kepada TEMPO, minggu lalu. "Ia adalah orang yang bertekad memberantas penyogokan terhadap pemain bola," X mengaku bahwa ia tak pernah mengenal Acub sebelumnya.

Acub, sekalipun naik pitam setelah mendengar cerita X, tak begitu saja percaya ocehan tamunya. Untuk membuktikan kebenaran adanya penyogokan ketika timnya melawan Cahaya Kita, ia lalu mengirim orang suruhannya mengikuti X ke tempat pelaku penyogokan. "Betul, pak. Ia telah memberikan uang Rp 1 juta kepada Jafeth Sibi," lapor suruhannya. 

"Saya percaya laporan itu," ucap Acub. JSG, ditahan di Kodak VII Metro Jaya, tak membantah tuduhan yang diimpahkan padanya. Juga mengenai jumlah uangnya. Ia ditangkap, minggu lalu, berdasarkan permintaan Acub. "Kalau tidak ingat bahwa saya ini anggota ABRI, jenderal lagi, mungkin tukang suap itu sudah saya gebuk duluan," ujar Acub.

X ternyata tak hanya menyatakan tahu tentang adanya penyogokan. Ia juga mengaku tahu cara dan di mana permainan diatur. Menurut X, sebelum transaksi sogok dilakukan, terlebih dahulu penyuap mengajak 'mangsa'nya untuk makan-makan di restoran. Setelah itu, baru niatnya dikemukakan, dan sekaligus diatur bagaimana cara menyampaikan uang. Dalam kasus Perkesa 78, katanya, uang suap diserahkan di Hotel Sintera, jam 2.00 subuh. "Seingat saya, waktunya sehari setelah pertandingan," kata X. Dari X juga terungkap sepak terjang penyuap di perkumpulan lain.

Betulkah? "Kita juga dengar suara-suara itu," kata pimpinan BBSA Tama, Josef Lukito. "Malah, kita pernah terima telepon dari seorang penonton." Ia membenarkan di klubnya sedang diadakan penelitian. Tidakkah terulangnya skandal sogok ini dikarenakan dalam kasus Merdeka Games 1978 PSSI memberikan hukuman ringan bagi penerima? Sutjipto Suntoro, bekas pemain nasional, menilai demikian. Setelah kasus suap di tubuh tim nasional 1961 terbongkar, dan pemainnya dihukum berat, kejadian baru berulang 17 musim kemudian. "Lha, sekarang belum sampai 1 tahun sudah timbul lagi," kata Sutjipto.

Mereka yang terlibat kasus Merdeka Games 1978, antara lain kiper Ronny Pasla, memang hanya menjalani skorsing kurang dari 1 tahun. Bagaimana nantinya dengan Jafeth Sibi? "Kalau terbukti benar menerima suap, ia akan dihukum seumur hidup tidak boleh bermain bola," kata Uteh Riza Yahya, Humas PSSI.

Tetap Perkesa 78

KARIR Jafeth Sibi sebagai pemain sepakbola mungkin berakhir. Kesebelasan Perkesa 78 telah memecatnya dengan tidak hormat terhitung 3 Juli. PSSI mengukuhkan keputusan Perkesa 78 itu. Juga PSSI melarang Jafeth bermain dalam klub atau perkumpulan mana pun yang tergabung di PSSI. Tidak dijelaskan berapa lama larangan itu berlaku. Tapi Uteh Riza Yahya, jurubicara PSSI, telah menyinggung kemungkinan hukuman seumur hidup. Mengapa? Ia telah menerima suap dari Jeffry Suganda Gunawan sebesar Rp1 juta untuk mengalah dari Cahaya Kita dalam lanjutan kompetisi Galatama di stadion Menteng, Jakarta, 5 Juni lalu. Dan Perkesa 78 memang kalah 0-1.

Ketika putusan pemecatan diturunkan, Jafeth sedang mengikuti tim PSSI Utama dalam turnamen Merdeka Games di Kuala Lumpur. Dalam acara temu muka dengan Acub Zainal, boss Perkesa 78 pekan lalu — sekembalinya dari sana — ia mengakui semua kesalahan yang dilimpahkan padanya. Ia menerima pemberhentiannya. Bagi ke-4 pemain lainnya — Baso Ivak Dalam, Yulius Woff, Frederick Sibi, dan Saul Sibi — yang disebut juga terlibat dalam skandal suap, baik Perkesa 78 maupun PSSI hanya memberikan peringatan keras saja.

Kemanakah Jafeth? "Saya sebetulnya sudah tidak perduli lagi mau dipecat atau diapakan. Tapi, yang pasti saya akan tetap mengikuti pak Acub," komentar Jafeth. Acub kelihatan tak berkeberatan untuk menampung Jafeth, bekas kapten timnya itu. "Kau boleh tetap di Perkesa 78. Tapi, bukan sebagai pemain lagi," ujar Acub kepadanya. Cukup Untuk Hidup Jafeth yang menikah dengan bekas atlit nasional, Hubertina Mebri, dikarniai 2 orang anak — Halwin (4 tahun) dan James Lueky (2 tahun). Sebelum dipecat, ia mendapat gaji bulanan dari Perkesa 78 sebesar Rp 85.000. Jumlah itu, menurut dia, cukup untuk hidup mereka.

Acub akhirnya membatalkan pembubaran Perkesa 78. Alasannya? "Banyaknya desakan dan saran dari berbagai kalangan yang tetap menghendaki Perkesa 78 berjalan terus," ucap Acub. Di antaranya tercatat PT Haron Industry yang bertekad untuk bekerja sama dengan Acub dalam membangun kembali perkumpulan tersebut. Perkesa 78 yang dalam kompetisi Galatama sudah memainkan 9 pertandingan (5 kali menang, 1 seri, dan 3 kali kalah) sementara menempati urutan ke-3 dengan nilai 11.

Perkesa 78 selama ini berkandang di Cipaku, Bogor. Mungkin ia setelah melewati masa konsolidasi selama 2 bulan, akan pindah dari sana. Surabaya dan Malang merupakan kandang baru yang dipertimbangkan mereka. "Kita lihat bagaimana nanti," kata Acub. "Sebetulnya saya enggan untuk meninggalkan Bogor."


Pelatih Istikhoh Ancam Mundur jika 8 Pemain Porprov Dibajak Persida

Jika 8 pemain Porprov Sidoarjo benar-benar diambil Persida untuk kompetisi Divisi Utama, pelatih porprov Istikhoh menyatakan akan mundur. Sebab, kerja keras selama mempersiapkan tim untuk berlaga di pekan olahraga provinsi di Banyuwangi pada akhir Mei 2015 sia-sia.

"Delapan pemain itu semuanya andalan kami di porprov. Mereka pemain pilar porprov. Kalau diambil Persida, tim porprov bagaimana?" kata Istikhoh seperti dikutip Radar Sidoarjo edisi Sabtu 2 Mei 2015.

Pelatih asal Sukodono ini mengaku sangat terkejut dengan manajemen Persida yang tiba-tiba saja ingin membajak 8 pemainnya. Kebijakan instan ini dianggap tidak mendukung pembinaan sepak bola di Kabupaten Sidoarjo. Apalagi sejak awal tim porprov ini ditargetkan mask final. Bahkan merebut medali emas.

"Ingat, laga pertama kita itu melawan Kota Surabaya, tim yang paling  diunggulkan di porprov. Kita harus tampil dengan kekuatan terbaik. Nggak bisa dengan pemain seadanya," tegas Istikhoh.

Karena itu, dia meminta Askab PSSI Sidoarjo dan pengurus Persida untuk berpikir ulang. Melakukan evaluasi demi kepentingan Porprov Sidoarjo. Jangan sampai keinginan untuk menyelamatkan Persida justru menghancurkan tim porprov. "Persiapan bisa rusak kalau isu pengambilan delapan pemain porprov tidak segera diklirikan," katanya.

Selasa, 28 April 2015

Persida Comot Pemain Porprov Sidoarjo

Manajemen Persida rupanya sudah lama lalai dalam mempersiapkan timnya
untuk kompetisi Divisi Utama 2015. Setelah gagal memakai tenaga pemain-pemain Deltras, pengurus tim Laskar Jenggolo ini meminta bantuan Vigit Waluyo untuk memasok pemain-pemain siap saji. Dari dulu Abah Vigit ini memang dikenal sebagai pemasok pemain untuk banyak klub di Indonesia.

Belakangan Rosyid Mardani mengatakan pihaknya akan memakai 8 pemain Porprov Sidoarjo. Delapan pemain ini pilar Kabupaten Sidoarjo untuk berlaga di ajang porprov di Banyuwangi pada 6-13 Juni 2015. "Kami gabungkan pemain-pemain proprov dengan Persida. Ini jadi modal kami
untuk ikut Divisi Utama," kata Rosyid.

Lalu, berapa pemain sebetulnya yang diproyeksikan Persida ke Divisi Utama? Rosyid dan pengurus Persida terus mengumbar rencana dan wacana di media massa. Sehingga kita tidak tahu kebutuhan pemain untuk Persida yang tengah dilanda krisis berat itu.

Berapa pemain yang dipasok Vigit? Berapa pemain porprov yang dipakai? Berapa pemain Persida lama yang senior? Berapa pemain muda yang selama ini berlatih bersama Persida? Seharusnya tim pelatih Persida membuat
analisis secara saksama.

Tapi, repotnya, sampai saat ini Persida belum punya tim pelatih resmi. Mengapa? Belum ada uang dari sponsor dan sumber lain yang sah. Akibatnya, manajemen Persida belum punya gambaran yang jelas tentang
kesiapan kompetisi kasta kedua itu.

Beginilah gambaran sepak bola di Indonesia. Jadwal kompetisi sudah mulai, 26 April 2015 (tapi batal gara-gara izin tidak keluar), tapi pengurus masih bicara soal rencana merekrut pemain. Kapan sepak bola kita bisa maju?

Sabtu, 25 April 2015

Vigit Waluyo selamatkan Persida

Gagal menggunakan pemain-pemain Deltras (Liga Nusantara), pengurus Persida akhirnya berpaling ke Vigit Waluyo. Bekas pengelola Deltras ISL itu diminta memasok pemain-pemain agar Persida bisa ikut kompetisi Divisi Utama musim 2015. Wow, selamat datang kembali Vigit Waluyo di Sidoarjo!

Ada untungnya juga menpora membekukan PSSI sehingga agenda kompetisi bola jadi tidak jelas. Persida yang belum melakukan persiapan punya banyak waktu untuk sekadar latihan dengan pemain-pemain yang akan disuplai oleh Vigit. "Kami akhirnya meminta bantuan Pak Vigit. Supaya bisa ikut kompetisi," kata Ahmad Riyadh, pengurus Persida dan Askab Sidoarjo.

Menurut Riyadh, semula pihaknya lebih sreg jika pemain-pemain Deltras, yang sudah disiapkan untuk berlaga di Liga Nusantara, yang memperkuat Persida. Bahkan bila perlu dua klub milik arek Sidoarjo ini dimerger saja dengan Deltras sebagai motor klub hasil merger. Tapi ternyata merger bukanlah hal yang sederhana. Banyak stakeholder yang harus diajak bicara. Belum lagi aspek sejarah dan eksistensi tim yang sudah dibina bertahun-tahun.

Gagal dengan wacana merger, muncul ide memanfaatkan pemain-pemain Deltras untuk memperkuat Persida yang akan bertanding kurang dari satu minggu ke depan. Eksistensi Deltras dan Persida tetap, hanya pemain-pemain Deltras yang dipinjamkan ke kakaknya Mas Persida. Wacana yang digulirkan Askab PSSI ini pun ternyata ditolak manajemen Deltras.

Karena itu, Riyadh dkk akhirnya meminta bantuan... siapa lagi kalau bukan Vigit Waluyo. Orang lama di bisnis balbalan ini tak lain putra HM Mislan, pendiri Gelora Putra Delta yang kini bernama Deltras. Vigit dan anaknya Ayu Sartika pernah berhasil mengelola Deltras, sebelum degradasi ke kasta kedua, Divisi Utama.

Sejak dulu Vigit Waluyo dikenal sebagai bapaknya banyak klub di Indonesia. Dia juga punya jaringan pemain-pemain yang siap pakai untuk klub apa saja. Karena itu, klub-klub kepepet biasanya meminta jasanya untuk memasok pemain-pemain untuk berlaga di ISL atau Divisi Utama. Jangan lupa, Persebaya DU dulu juga memanfaatkan pemain-pemain binaan Vigit ketika terjadi dualisme PSSI dan kompetisi.

Riyadh menjelaskan, selain pemain-pemain binaan Vigit, Persida juga memanfaatkan pemain lama yang belum dapat klub. Jamrawi yang selama ini berstatus pelatih karteker resmi ditetapkan sebagai pelatih Persida. "Yang jelas, kita ingin Persida tetap eksis di kancah sepak bola nasional," kata pengaca yang hobi motor gede itu.

Biasanya, klub-klub binaan Vigit Waluyo bernasib baik di kompetisi sepak bola nasional. Meskipun pemain-pemainnya biasa-biasa saja, ketuaan, mereka selalu dinaungi dewi fortuna. Deltras sendiri setelah ditinggal Vigit plus anaknya Ayu langsung terjun bebas ke DU kemudian LN.

Kita lihat saja apakah Persida mampu promosi ke ISL musim depan. Atau setidaknya bertahan di Divisi Utama.

Jumat, 24 April 2015

Ditolak Deltras, Persida Pasrah

Pengurus Persida Sidoarjo hanya bisa pasrah. Tim Laskar Jenggolo ini terpaksa menggunakan pemain-pemain seadanya untuk mengikuti kompetisi Divisi Utama yang dijadwalkan mulai pada 26 April 2015. Laga perdana di Stadion Gelora Delta, Sidoarjo, Persida melawan PSBK Blitar.
Semula pengurus Persida dan Askab PSSI Sidoarjo (asosiasi yang hakikatnya sama dengan Persida tempo dulu) meminta bantuan manajemen Deltras untuk menggunakan semua pemain Deltras dengan bendera Persida. Sebab, Deltras yang bermain di Liga Nusantara jauh lebih siap. Pemain-pemainnya pun cukup mumpuni.
"Yah, kami harus benar-benar efisien. Tetap ikut kompetisi (DU), apa pun hasilnya," kata Rosyid Mardani, pengurus Persida yang juga orang Askab Sidoarjo. "Biaya harus sehemat mungkin. Gaji pemain dan pelatih juga harus murah."
Karena itu, Persida hanya mengandalkan pemain-pemain lokal yang selama ini pernah berlatih dengan tim berjuluk Laskar Jenggolo itu. Anehnya, nama-nama pemain, pelatih, dan sebagainya belum ditentukan meski laga perdana kurang dari seminggu.
Bagaimana kalau kena degradasi? "Kita berusaha dulu sekuat kemampuan Persida. Daripada tidak bermain, dan langsung degradasi, mending bermain dulu. Apa pun hasilnya," kata Rosyid.

Manajemen Deltras Tolak Perkuat Persida

Rencana penggunaan pemain-pemain Deltras untuk memperkuat Persida di kompetisi Divisi Utama akhirnya batal. Manajemen dan stakeholder Deltras Sidoarjo akhirnya menolak tawaran Askab PSSI Sidoarjo untuk membantu Persida yang sedang dilanda kesulitan keuangan. Persida belum siap mengikuti Divisi Utama yang diagendakan mulai berlangsung pada 26 April 2015.
"Deltras fokus ke Liga Nusantara. Jadi, kami tidak bisa meminjamkan peman untuk Persida," kata Achmad Amir Aslichin, pengurus Deltras, yang juga putra Bupati Sidoarjo Saiful Ilah, Kamis 23 April 2015.
Sebagai putra asli Kota Delta, Aslichin secara pribadi ingin Persida bisa berkompetisi dengan baik di Divisi Utama. Syukur-syukur naik ke ISL musim depan. Namun, di sisi lain, manajemen dan berbagai elemen Deltras memutuskan bahwa klub yang didirikan pada 1989 itu harus tetap bermain di Liga Nusantara. Sebab, persiapan yang dilakukan selama tiga bulan ini memang untuk berlaga di Liga Nusantara. Bukan Divisi Utama.
"Kami hanya dikasih waktu kurang satu minggu. Ya, susah untuk mempersiapkan tim untuk Divisi Utama. Andai kata permintaan itu datang tiga bulan lalu, kami masih bisa mempersiapkan tim yang andal," tegas Aslichin.
Yang jelas, Aslichin dan pengurus Deltras menargetkan promosi ke Divisi Utama musim depan. Dengan materi pemain muda potensial, ditambah pemain senior macam Uston Nawawi, Mat Halil, dan Jefri Dwi Hadi, pengurus yakin Deltras bisa naik lagi ke kompetisi yang lebih bergengsi.

Kamis, 23 April 2015

Deltras Berseragam Persida Ikut Divisi Utama

Ada yang menarik menjelang kompetisi Divisi Utama 2015. Persida Sidoarjo, yang tidak siap kompetisi, karena tak punya sponsor dan larangan dana APBD, akhirnya bisa berkompetisi di kasta kedua itu. Caranya: tim Deltras yang sudah disiapkan selama hampir tiga bulan (untuk Liga Nusantara) bakal bermain untuk Persida.
Luar biasa! Para pemain Deltras berseragam Persida. Langkah terobosan ini dilakukan untuk menyelamatkan nasib Persida, eks klub perserikatan yang puluhan tahun menjadi wadah klub-klub di Kabupaten Sidoarjo. Semula muncul wacana merger Deltras-Persida. Karena Deltras paling siap, Persida yang ngalah, lalu Deltras yang main di Divisi Utama. Namun, Rabu kemarin (22/4/2015) muncul terobosan baru itu.
"Skema ini sudah disetujui manajemen Deltras dan Persida," kata Rosyid Mardani, pengurus Persida seperti dikutip Radar Sidoarjo. Kebijakan ini untuk menyelamatkan Persida dan sepak bola Sidoarjo.
Biqintorin dari komite eksekutif Askab PSSI Sidoarjo juga mengakui kesepakatan kedua tim yang sejatinya sama-sama milik Pemkab Sidoarjo itu. Tim Deltras (ditambah beberapa pemain Persida yang dianggap berkualitas) yang akan turun di Divisi Utama. Bahkan, tim pelatih Deltras juga ikut mendampingi pemain-pemainnya yang berseragam Persida seperti Harmadi.
"Semua sudah sepakat. Demi kelangsungan tim sepak bola di Kabupaten Sidoarjo," kata Achmad Amir Aslichin, pengurus Deltras. 
Lantas, bagaimana dengan Deltras di kompetisi Liga Nusantara? "Masih dibahas. Kita serahkan ke manajemen Deltras," kata Biqintorin.
Kita tunggu saja perkembangannya. Yang jelas, upaya terobosan seperti ini patut dihargai. Ketimbang membiarkan Sidoarjo hilang dari Divisi Utama, bahkan lenyap dari radar sepak bola Indonesia.

Rabu, 22 April 2015

Laga Perdana: Persida vs Blitar

Tim Persida akan menghadapi PSBK Blitar pada laga perdana kompetisi Divisi Utama 2015 pada 26 April 2015. Pertandingan kandang pertama tim berjuluk Laskar itu Jenggolo masih diwarnai keraguan. Pasalnya, tim belum siap baik dari sisi finansial, manajemen, maupun tim inti.

Hingga H-5 laga perdana, Persida bahkan belum memiliki manajer. Tidak hanya manajer, jajaran pelatih dan nama-nama pemnain yang akan membela panji tim kebanggaan Sidoarjo ini juga belum jelas. Komisaris PT Bumi Persida Jenggolo Ahmad Riyadh mengatakan, setelah manager meeting
dilaksanakan, Senin (20/4/2015), di Jakarta, jadwal kompetisi Divisi Utama telah dipastikan.

"Maka, mau tidak mau kita harus tetap ikut Divisi Utama," katanya. Riyadh mengungkapkan, tim Persida untuk Divisi Utama 2015 segera ditentukan beberapa hari ke depan. Apakah memilih pemain
porprov atau pemain Persida musim lalu yang belum bergabung dengan klub lain. "Itu yang kami pikirkan. Pemain-pemain mana saja yang akan masuk Persida," ucapnya.

Jika menggunakan pemain Porprov Sidoarjo, pengacara kawakan ini optimistis Persida bisa berbicara di kompetisi kasta kedua itu. Sebab, pemain-pemain porprov sudah lama melakukan persiapan. Kualitas mereka juga di atas rata-rata. Anak-anak porprov juga sudah sering mengikuti laga uji coba. "Niat kami hanya ingin bertahan di Divisi Utama," tegasnya.

Bagaimana anggaran untuk kompetisi Divisi Utama? Riyadh yang juga ketua Askab PSSI Sidoarjo ini mengatakan, hingga tadi malam belum ada sponsor yang nyantol ke Persida. Ini jelas mempengaruhi kondisi keuangan Persida yang sudah senen-kemis. "Kita lihat saja sambil jalan
kompetisi," ucapnya.

Minggu, 19 April 2015

Persida Incar Pemain Porprov

Sepuluh pemain sepak bola porprov Sidoarjo diincar Persida. Pemain-pemain muda itu, selain berkualitas, nilai kontrak dan gajinya jauh lebih murah ketimbang pemain-pemain senior yang terkenal.

Komisaris PT Persida Bumi Jenggolo Ahmad Riyad mengatakan, Persida belum juga mendapat sponsor menjelang kick-off pada 26 April 2015. Karena itu, opsi terbaik adalah mengontrak pemain-pemain dengan bayaran murah. Pemain porprov yang saat ini melakukan persiapan untuk tampil
pada babak utama di Banyuwangi pun menjadi alternatif. "Saya melihat kualitas pemain porprov sangat bagus," katanya (2/4/2015).

Ada sekitar 10 pemain yang dianggap layak memperkuat tim Laskar Jenggolo. Pemain tersebut memiliki skill mumpuni meski masih sangat belia. "Saat uji coba dan pertandingan kualitas mereka bagus," ucap mantan ketua Askab PSSI Sidoarjo ini.

Selain tim porprov, manajemen juga masih menawarkan para mantan pemain Persida yang belum bergabung dengan klub lain. Dia yakin ada beberapa pemain yang masih menunggu keseriusan Persida untuk mengarungi Divisi Utama 2015. "Meski sudah ada yang memiliki tim, pasti ada yang belum juga," ucapnya.

Pemain muda Persida musim lalu juga dinilai memiliki kualitas yang sama. Sebelum melakukan tanda tangan kontrak, manajemen akan melakukan pembicaraan terkait besaran gaji. Manajemen tidak akan memberikan gaji selangit seperti musim lalu.

Ahmad Riyad menegaskan, saat ini manajemen Persida masih memiliki utang kepada pemain sekitar Rp 180 juta. Jumlah tersebut untuk membayar gaji para pemain. "Kami akan bayar dulu utang kepada pemain sebelum mengontrak pemain baru," ucapnya.

Manajemen juga masih mengatur jadwal untuk bertemu Bupati Sidoarjo Saiful Ilah. Pertemuan tersebut untuk meminta keseriusan Pemkab Sidoarjo membantu Persida. "Ini tim asli Sidoarjo, masak tidak ada kepedulian sama sekali," pungkasnya.

Pemain Persida Putri Perkuat Timnas

Lima pemain Persida Putri berangkat ke Jakarta untuk bergabung dengan tim nasional (timnas) menjelang AFF Cup di Hanoi, Vietnam. Kelima pemain tersebut terpilih setelah menjalani serangkaian seleksi yang dipimpin langsung tim pelatih timnas di Sidoarjo beberapa waktu lalu.

Kelima pemain yang lolos seleksi adalah Dewi Maisaroh (wing back kanan), Nur Laili Khomariyah (wing back kiri), Febriana Kusumaningrum (penyerang), Aku Diana Tebay (penyerang), dan Lila Puspita (stopper). "Alhamdulillah, lima pemain Persida Putri bisa masuk timnas. Ini
prestasi yang luar biasa," kata pelatih Persida Putri M Iksan kepada Radar Sidoarjo (3/4/2015).

Menurut Iksan, lolosnya lima anak asuhnya itu bisa sedikit mengobati kekecewaanya atas kegagalan menjadi juara dalam kejuaraan nasional sepak bola putri di Jakarta tahun 2014. Kala itu Persida Putri harus puas di peringkat ketiga setelah dikalahkan Papua 2 yang keluar sebagai juara.

"Saya bisa bangga meskipun dulu gagal juara, tapi sekarang lima pemain Persida dipercaya membela timnas," katanya.

Iksan menilai lima pemain itu memang layak masuk timnas. Sebab, mereka memiliki keistimewaan masing-masing. "Skill individu, teknik, dan stamina mereka bagus," ungkapnya.

Disinggung mengenai agenda Persida Putri, Iksan menjelaskan, pihaknya sedang mempersiapkan tim untuk turun di Piala Budhe Karwo pada 21 April 2015 di Kediri. "Kami masih seleksi pemain-pemain lagi,"katanya.

Sabtu, 18 April 2015

Persida terancam degradasi ke Liga Nusantara

Manajemen lama Persida bertekad mengikuti kompetisi Divisi Utama 2015 jika usulan merger ditolak oleh manajemen Deltras. Bayang-bayang degradasi membayangi tim Laskar Jenggolo dengan persiapan yang masih compang-camping.

Selain tidak ada sponsor, tim yang dilatih pelatih sementara Jamrawi juga menghentikan latihan. Sebab, sampai sekarang belum ada kejelasan nilai kontrak pemain dan pelatih. Mantan Sekretaris Persida Rosyid Mardani mengatkan, manajemen Persida akan berkumpul untuk membahas
tindak lanjut rencana merger dengan Deltras. Pertemuan yang dijadwalkan berlangsung akhir pekan ini akan menentukan langkah Persida. "Pemilik klub dan seluruh manajemen Persida akan duduk
bersama," katanya (17/4/2015).

Dia menegaskan, jika rencana merger tidak mendapat lampu hijau, Komisaris PT Persida Bumi Jenggolo (PBJ) Achmad Riyad dan Direktur PBJ akan berupaya mencarikan jalan keluar. "Saat ini kami belum ada dana sepeser pun. Manajemen berupaya semaksimal mungkin," ucapnya.

Dia mengakui, format lima tim yang terdegradasi di babak pertama membuat peluang Persida untuk turun kasta sangat besar. Apalagi, persiapan Persida juga belum maksimal. Namun, Persida tetap berupaya mengikuti kompetisi Divisi Utama 2015. "Mau bagaimana lagi, ya, tetap harus
kita ikuti," katanya.

Dia menegaskan, pada 20 April 2015 manajemen akan mengikuti manager meeting Divisi Utama 2015 di Jakarta. Setelah pertemuan tersebut, nantinya jadwal Divisi Utama akan ditentukan. Persida berharap, PSSI juga memundurkan jadwal Divisi Utama agar persiapan Persida lebih matang.
"Saya yakin akan diundur dari jadwal awal 26 April," katanya. (sumber: radar sidoarjo)

Manajemen Persida Pasrah Dimerger

Manajemen Persida menginginkan agar nasib klub berjuluk Laskar Jenggolo ini segera ditentukan. Baik itu melalui merger dengan Deltras atau sumbangan sponsor agar bisa mengarungi kompetisi Divisi Utama 2015. Persida juga menunggu keseriusan manajemen Deltras untuk ikut serta membesarkan Persida.

Mantan Sekretaris Persida, yang saat ini menjabat sebagai sekretaris Askab PSSI Sidoarjo Rosyid Mardani, mengatakan, kondisi keuangan Deltras lebih baik ketimbang Persida musim ini. Ini terlihat dari kesiapan Deltras mengikuti Liga Nusantara 2015. Karena itu, Persida melalui Askab PSSI berharap Deltras juga ikut membantu membesarkan Persida. "Meski kita di musim Divisi Utama 2014 bersaing, tapi hendaknya bersatu tahun ini," katanya (16/5/2015).

Kondisi keuangan Persida yang cekak dipastikan sulit mengikuti Divisi Utama 2015. Untuk sekadar bertahan di Divisi Utama 2015 perlu dana sekitar Rp 2 miliar. Nilai tersebut sulit didapat manajemen Persida sampai sekarang. "Makanya, harus ada solusi secepatnya," ucapnya.

Menurut Rosyid, dengan penggabungan Persida dan Deltras, maka Sidoarjo hanya memiliki satu tim yang berlaga di Divisi Utama. Tidak hanya bisa bertahan, klub hasil merger ini juga bisa berkompetisi di Indonesia Super League (ISL). "Kita harus naik ke level tertinggi," tegasnya.

Dia berharap manajemen Deltras segera memberikan kepastian tentang kerja sama dengan Persida. Jawaban manajemen Deltras sangat dibutuhkan agar manajemen sementara Persida segera bersikap. Sebab, jadwal Divisi Utama sudah sangat mepet.

sumber: radar sidoarjo

Deltras di Grup 2 Liga Nusantara

Tim Deltras Sidoarjo masuk Grup 2 kompetisi Liga Nusantara Zona Jawa Timur. Dalam manager meeting PSSI Jatim yang digelar di Inna Simpang Hotel Surabaya, 13/4/2015, tim berjuluk The Lobster itu masuk grup berat bersama delapan tim dari Jawa Timur.

Kick-off atau laga perdana dimulai pada 9 Mei 2015. Liga Nusantara zona Jatim musim ini diikuti 28 tim yang dibagi dalam tiga grup. Beberapa tim di Grup 2 Jatim ini kenyang pengalaman bertanding di
kompetisi Divisi Utama. Deltras Sidoarjo akan berduel dengan Perseba Bangkalan.

Tim lain adalah Laskar Angling Darma, julukan Persibo Bojonegoro, juara Divisi Utama 2009/2010. Persema 53 juga bisa menjadi batu sandungan bagi Uston Nawawi dkk. Persema Malang yang dulu disegani dalam pentas sepak bola nasional kini turun kasta dan berubah nama menjadi Persema 53.

Pengurus Deltras Achmad Amir Aslichin mengatakan, tim Deltras sudah menyiapkan tim meski beberapa sektor masih perlu dibenahi. Amir tetap yakin peluang lolos Deltras tetap terbuka. "Kami harus optimistis dan terus menyiapkan tim," terangnya.

Dia mengaku masih mempelajari kekuatan dari delapan tim di grup. Peluang lolos semua tim relatif sama. "Ya, harus bisa lolos. Kita cukup setahun di Liga Nusantara," tegasnya.

sumber: radar sidoarjo

Kamis, 16 April 2015

Porprov Sidoarjo Kalah dari Pra-PON Jatim

Tim sepak bola porprov Sidoarjo dikalahkan oleh tim Pra PON Jatim 1-3 dalam uji coba yang digelar di Gelora Delta Sidoarjo, Jumat (10/4/2015). Lemahnya lini belakang menjadi salah satu faktor kekalahan Muarif dkk.

Tidak hanya lini pertahanan yang menjadi sorotan, tetapi kondisi pemain yang lambat panas membuat mudahnya tim Pra PON mengobrak-abrik pertahanan tim porprov. Di babak pertama, tim porprov sudah digunduli dua gol tanpa balas.

Pelatih porprov Istikhoh mengatakan, lini pertahanan yang kurang padu membuat tim porprov lemah dalam koordinasi. Tim lawan mampu memanfaatkan hal tersebut dan menciptakan gol. "Babak pertama pemain grogi terutama lini belakang, ucapnya.

Dia mengungkapkan, di babak kedua tim porprov ysng telah padu baru bisa menciptakan beberapa peluang dan satu gol. Meski sempat membalas, lambatnya para pemain untuk bekerjasama akhirnya belum bisa mengejar ketertinggalan. "Hasil ini jadi PR kami dan akan dievaluasi," terangnya.

Dia menegaskan, tim Pra PON merupakan tim yang dihuni pemain andal. Karena itu, dirinya berharap para pemain mengambil hikmah dari uji coba tersebut. "Mental bertanding para pemain harus bisa ditingkatkan," katanya.

Beberapa uji coba akan tetap dilakukan. Di antaranya dengan Tim porprov Lamongan dan Pamekasan. (radar)

Persida Sulit Ikut Divisi Utama 2015

Ketiadaan anggaran membuat kesiapan Persida menghadapi kompetisi Divisi Utama 2015 belum jelas. Meski begitu, pengurus lama menggandeng Jamrawi untuk mendampingi anak-anak Laskar Jenggolo dalam latihan rutin dan pembentukan tim.

"Status saya di Persida pun belum jelas. Belum pasti menjadi pelatih. Saya masih diperbantukan saja di Persida," kata Jamrawi, mantan pemain Arema Malang, yang pernah membesut sejumlah tim di tanah air itu.

Ketidakjelasan nasib persida ini, menurut Jamrawi, disebabkan belum ada manajemen yang menangani klub milik Askab PSSI Sidoarjo ini untuk menghadapi Divisi Utama 2015. Padahal, kompetisi level kedua itu tinggal hitungan minggu. "Sampai sekarang orang-orang yang mengisi manajemen Persida belum jelas. Mungkin itu yang membuat anggaran belum dapat," katanya.

Meski begitu, Jamrawi tetap mengajak para pemain untuk berlatih seperti biasa. Mantan bek kawakan ini memanggil sejumlah pemain lama yang belum terikat kontrak dengan klub lain. Rencananya, pemain-pemain lama itu digabung dengan pemain-pemain pekan olahraga provinsi (porprov) yang dianggap potensial. "Kalau manajemennya sudah jelas, persiapan akan lebih mantap lagi," katanya.

Terkait wacana merger dengan Deltras FC, klub sekota yang bermain di Liga Nusantara, Jamrawi mengaku pernah mendengarnya. Langkah merger akan diambil jika manajemen benar-benar tak mampu mendapat kucuran dana baik dari sponsor maupun pemerintah. "Merger itu masih wacana," katanya.

Sebagai klub milik Askab, Jamrawi menjelaskan, kebijakan merger dengan Deltras harus dibahas dulu dengan 36 klub anggota Askab Sidoarjo. Jika klub-klub ini setuju, begitu pula manajemen PT Delta Raya Sidoarjo selaku pemilik Deltras, maka merger bisa dilakukan. "Yang penting, tujuannya untuk kebaikan sepak bola Sidoarjo," katanya.

Berbeda dengan Persida, persiapan Deltras untuk tampil di Liga Nusantara jauh lebih serius. Sejak dua bulan lalu tim sudah terbentuk. Manajemen Deltras juga merekrut beberapa pemain senior eks Persida seperti Uston Nawawi dan Mat Halil.

Minggu, 01 Maret 2015

Ling Tien Kung Meriahkan Car Free Day

Pengunjung Car Free Day (CFD) kemarin (22/2/2015) diajak mengikuti terapi ala Tiongkok oleh komunitas Ling Tien Kung. Masyarakat mengikuti gerakan senam empet-empet anus yang dipimpin oleh Ketua Ling Tien Kung Sidoarjo Brigjen Pol (Pur) Drs Edy Prawoto, SH bersama beberapa instruktur. Mereka memadati Jalan Ahmad Yani, Sidoarjo, yang terbebas dari kendaraan bermotor sejak pukul 06.00.

Setelah senam Ling Tien Kung, masyarakat kembali diajak senam. Kali ini, senam aerobik diiringi musik rancak yang diputar oleh seorang Disc Jockey (DJ).

Di kanan dan kiri panggung, beberapa tenda sponsor tampak ramai dipenuhi warga. Tenda minuman isotonik Sporade tampak ramai setelah warga mengikuti senam aerobik. Bagi pembeli minuman Sporade mendapatkan kupon undian berhadiah uang tunai.

Tak kalah ramai dengan tenda Sporade, tenda Radar Sidoarjo dijubeli warga yang membeli koran untuk mendapatkan balot undian. Di akhir acara, balot tersebut diundi. Lima orang pemenang mendapatkan hadiah dari Honda dan Radar Sidoarjo.

Para pengunjung juga mendatangi tenda Honda. Mereka melihat-lihat produk terbaru Honda. Suasana semakin meriah ketika penyanyi dangdut dari panggung Honda melantunkan lagu dan beberapa orang asyik ikut bergoyang.(nis/rek)

FORMI Sidoarjo Hadapi Fornas 2015

Menghadap Festival Olahraga Nasional (Fornas) Oktober 2015 di Bali, Ketua Umum FORMI Kabupaten Sidoarjo MG Hadi Sutjipto meminta pengurus FORMI segera membentuk panitia khusus. "Supaya bisa meraih prestasi seperti Fornas di Semarang," ujarnya saat membuka rapat kerja daerah
(Rakerda) FORMI Kabupaten Sidoarjo di ruang Delta Graha Pemkab, Kamis (26/2/2015).

Harapan yang disampaikan oleh Hadi Sutjipto yang juga wakil bupati Sidoarjo ini tidak berlebihan karena selama ini komunitas dan kelompok olahraga di bawah naungan FORMI Sidoarjo banyak yang berprestasi. Seperti tim senam poco-poco bisa meraih juara nasional dengan meraih
trofi Ibu Negara RI.

Tak hanya itu, pemilihan Putra Putri Bugar tingkat nasional menyabet runner-up II putra dan putri untuk kategori pelajar/mahasiswa dan runner-up III untuk kategori umum. Prestasi yang terbaru, atlet panco Sidoarjo meraih juara dua tingkat dunia di Balikpapan.

"Saya bangga FORMI bisa memboyong trofi ibu negara yang penyerahannya ketika ada tamu dari Denmark (35 atlet National Danish Performace pada 12 Desember 2014, red). Prestasi ini berkat kekompakan dan semangat bapak ibu dalam FORMI," ujarnya.

Terkait program kerja 2015, Hadi Sutjipto meminta agar pada perubahan anggaran keuangan (PAK) bisa dianggarkan untuk kegiatan FORMI. Selama ini, FORMI Sidoarjo mendapat dana hibah Rp 350 juta yang harus dibagi untuk kegiatan komunitas, kelompok olahraga, dan FORMI kecamatan.

"Tolong pada PAK ada anggaran (kegiatan FORMI) di Dinas Pendidikan, Disporbudpar, di SKPD dan juga di kecamatan," harapnya.

Sementara itu, Ketua Umum FORMI Jawa Timur Suparman menilai dari 21 FORMI di Jawa Timur, FORMI Kabupaten Sidoarjo yang mendekati sempurna. Memang kegiatan FORMI Sidoarjo lebih banyak dibanding FORMI di kabupaten/kota lainnya. Selain Car Free Day yang digelar di Jalan A
Yani Sidoarjo bekerja sama dengan Radar Sidoarjo tiap Minggu, FORMI juga menggelar CFD serentak di 18 kecamatan tiap bulan sekali.

"FORMI Sidoarjo mendekati sempurna, di kabupaten/kota lainnya ada yang mati suri. Setelah pengurus dilantik, tidak ada kegiatan," jelasnya.

Dalam Rakerda FORMI, Ketua Harian FORMI Jatim M Muhyi memaparkan tentang manajemen konflik olahraga. Memang dalam kepengurusan tak lepas dari konflik, karena itu harus bisa me-manage-nya demi kemajuan organisasi. Sedangkan, untuk penyusunan program FORMI 2015, kemarin melalui sidang komisi bidang kelembagaan, promosi, festival dan sumber
daya manusia. (no)

sumber: radar sidoarjo

FORMI Sidoarjo Gelar CFD di 18 Kecamatan

Harian Radar Sidoarjo bekerja dengan Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (FORMI) Sidoarjo siap menggelar Car Free Day (CFD) serentak di 18 kecamatan. "Kalau didukung oleh Radar Sidoarjo dengan ada sponsor, ini akan memberikan semangat tersendiri," ujar Ketua Umum FORMI Sidoarjo H MG Hadi Sutjipto SH MM usai membuka Rapat Kerja Daerah (Rakerda) Formi di ruang Delta Graha Pemkab, Kamis (26/2/2015).

CFD serentak ini digelar di masing-masing kecamatan ini untuk mendukung program langit biru. Setidaknya, dengan adanya CFD mulai pukul 06.00 hingga 08.00, bisa diwujudkan udara yang bersih dan bebas dari polusi kendaraan bermotor."Keberadaan FORMI ini harus bisa mengolahragakan masyarakat dan memasyarakatkan olahraga," ujar Hadi Sutjipto yang juga wakil bupati (wabup) Sidoarjo itu.

Menurut Pak Tjip, panggilan akrab wabup, sesuai pilar organisasi menurut undang-undang ada olahraga rekreasi, olahraga pendidikan, dan olahraga prestasi. Nah, FORMI lewat CFD serentak di 18 kecamatan ini harus bisa mengembangkan olahraga rekreasi dengan komunitas dan kelompok olahraga yang dinaunginya.

"Karena itu, teman-teman FORMI kecamatan harus memfasilitasi kegiatan CFD serentak. Olahraga rekreasi itu kalau senam masih bisa sambil mesem," ujarnya.

Sekretaris FORMI Sidoarjo Suwignyo SH menyambut baik CFD serentak di 18 kecamatan yang didukung Radar Sidoarjo. Bahkan, Suwignyo siap menyusun jadwal kegiatan di masing-masing kecamatan. "Kalau perlu ditambah dalam sebulan ada satu kecamatan yang menggelar CFD pada
minggu pertama, kami siap menjadwalkannya," ujarnya.

Suwignyo mengatakan antusiasme FORMI kecamatan terhadap kegiatan CFD serentak ini sangat luar biasa. Untuk menilai tingkat keberhasilan CFD serentak di 18 kecamatan ini ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi. Misalkan, kegiatan itu harus dilaksanakan di jalan bukan di lapangan, seberapa banyak massa yang terlibat, termasuk komunitas di bawah naungan FORMI.

"Keterlibatan forum komunikasi kecamatan (forpimka), yang meliputi camat, kapolsek, dan danramil pun ikut jadi kriteria keberhasilan," jelasnya.(no)

Sumber: Radar Sidoarjo