Minggu, 30 November 2014

Senam Tera, Jantung Sehat, dan Line Dance di CFD

Acara mingguan Car Free Day (CFD) di Alun-alun Sidoarjo, Ahad (23/11/2014) sedikit berbeda. Tiga komunitas senam dihadirkan oleh Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (Formi) Sidoarjo dalam acara yang diselenggarakan oleh Radar Sidoarjo bekerja sama dengan Polres Sidoarjo, Dinas Perhubungan (Dishub) Sidoarjo, yang didukung Honda itu. Ketiga senam yang memeriahkan CFD adalah senam tera, jantung sehat, dan line dance.

Para pengunjung CFD terlihat memadati area Alun-alun Sidoarjo sejak pukul 05.00. Mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga lansia bergerembol alun-alun.Mereka langsung berbondong-bondong mendekati panggung dan membuat barisan mengikuti instruktur untuk melaksanakan senam.

CFD dibuka dengan senam jantung sehat. Dalam sesi senam tersebut, para pengunjung dituntut untuk mengikuti gerakan-gerakan cepat yang diperagakan oleh instruktur. Tujuannya melatih jantung agar lebih sehat dan kuat.

Sesi kedua, giliran senam tera menghipnotis pengunjung CFD itu. Gerakannya jauh berbeda dengan senam jantung sebelumnya. Di senam tera ini, pengunjung lebih santai dalam bergerak dengan irama musik yang pelan. Tujuannya melatih persendian dan pernapasan.

Sesi terakhir, senam line dance. Gerakan-gerakan nan harmonis dan lebih teratur. Seimbang antara gerakan cepat dan gerakan pelan. Selain senam, para pengunjung juga dihibur dengan penampilan artis dangdut yang cantik jelita.

Sekretaris Umum Formi Sidoarjo mengatakan bahwa penampilan tiga senam itu ditujukan untuk mengajak masyrakat Sidoarjo senang berolahraga. Formi terus mengimbau masyarakat untuk menjaga kebugaran tubuh dengan mengikuti olahraga senam.


"Kami ingin agar masyrakat mejadikan olahraga sebagai gaya hidup," katanya.

Sabtu, 29 November 2014

Ikut Festival Poco-Poco dan Putra-Putri Bugar

Formi Kabupaten Sidoarjo kembali dipercaya mewakili Jawa Timur mengikuti festival olahraga rekreasi tingkat nasional di TMII, Jakarta, 29-30 November. Yakni festival poco-poco tingkat nasional memperebutkan Piala Ibu Negara. Tim poco-poco wanita itu diberangkatkan oleh Wakil Bupati Sidoarjo MG Hadi Sutjipto yang juga ketua Formi Sidoarjo.

Sedangkan tim putra mengikuti festival nasional putra-putri bugar yang diadakan pada 6-7 Desember 2014. Sidoarjo dipercaya Formi Jawa Timur karena dinilai sebagai Formi yang paling aktif di Jawa Timur. Sidoarjo juga punya banyak atlet yang bisa berkompetisi dengan atlet-atlet terbaik dari seluruh Indonesia.

"Alhamdulillah, kita dipercaya mewakili Jawa Timur. Mudah-mudahan anak-anak kita ini bisa berprestasi di Jakarta," kata Suwignyo, sekretaris Formi Sidoarjo.

Dalam kejuaraan poco-poco nusantara itu, tim Sidoarjo mengenakan kostum ala penari gandrung Banyuwangi. Ini penting untuk mengangkat salah satu ciri khas busana Jawa Timur. "Jadi, meskipun atletnya dari Sidoarjo, busana yang dipakai khas Banyuwangi. Sebab, di Jakarta mereka membawa nama Jawa Timur, bukan Sidoarjo," kata Pak Wignyo.

Mengenai putra-putri bugar, menurut Pak Wignyo, persiapan sudah dilakukan cukup lama. Dimulai dengan pemilihan putra-putri bugar dari seluruh kabupaten/kota di Jatim, pengurus Formi Jatim akhirnya menunjuk atlet-atlet Sidoarjo.

Selamat berlomba, semoga sukses!

Ling Tien Kung Sidoarjo Berkembang Pesat

Dari sekian banyak komunitas olahraga di Kabupaten Sidoarjo, khususnya senam, Ling Tien Kung paling pesat perkembangannya. Setiap ada acara besar di Alun-Alun Sidoarjo, peserta Ling Tien Kung paling terlihat dominan. Banyaknya peminat senam terapi ala Tiongkok ini tak lepas dari manfaat kesehatan yang bisa dicapai jika rutin melakukan senam terapi temuan Fu Long Swee ini.

"Ling Tien Kung itu bukan senam atau olahraga. Saya ciptakan Ling Tien Kung untuk terapi kesehatan. Semacam cas aki pada tubuh manusia. Kuncinya adalah empet-empet anus," ujar Fu long Swie ketika memimpin gerakan senam Ling Tien Kung di Alun-Alun Sidoarjo.

Ling Tien Kung mulai diperkenalkan Master Fu di Surabaya sekitar tahun 2008. Perlahan-lahan senam ini meluas dengan cepat ke seluruh Kota Surabaya. Kemudian disusul kota-kota lain di Jawa Timur. Biasanya, peserta Ling Tien Kung ini suka gethuk tular atau cerita dari mulut ke mulut, kasih kesaksian telah sembuh dari penyakit-penyakit menahun yang generatif. Maka, peminatnya selalu muncul di mana-mana.

Tahun 201, di Surabaya, ada sekitar 100 tempat yang setiap hari kita jumpai senam terapi Ling Tien Kung ini. Untuk praktisi pemula memakai seragam kaos putih bawahan biru. Tingkat menengah pakai kaos orange bawahan hitam. Sedangkan tingkat lanjut kaos biru tosca. 

"Tingkat dasar itu justru sangat penting karena memulihkan kondisi tubuh yang rusak. Gerakan dasarnya ya empet-empet anus. Kalau Anda lakukan empet-empet di rumah Anda sebanyak 1.500 kali setiap hari sudah bagus," kata Master Fu yang sehat walafiat di usia mendekati 80 tahun berkat terapi Ling Tien Kung temuannya sendiri.

Di Sidoarjo, komunitas terapi Ling Tien Kung ini agak terlambat berkembang meski bertetangga langsung dengan Surabaya. Namun, dalam waktu sangat singkat Ling Tien Kung, yang dimulai di Taman Pinang, Sidoarjo, ini langsung diminati ribuan orang. Master Fu mengaku terkesan dengan pesatnya perkembangan Ling Tien Kung di Kabupaten Sidoarjo. "Bayangkan, waktu ulang tahun pertama saja yang ikut terapi bersama mencapai 1.500 orang," katanya geleng-geleng kepala.

Saking bangganya dengan Ling Tien Kung di Sidoarjo, Master Fu Long Swee bersama istri dan para instruktur senior dari Surabaya selalu menyempatkan diri datang ke Sidoarjo ketika komunitas Ling Tien Kung mengadakan kegiatan-kegiatan yang besar. 

"Saya bahagia bila masyarakat menjadi sehat, sembuh dari penyakit, tanpa harus ke dokter. Kalau kita bisa sehat dengan Ling Tien Kung, kenapa harus ke dokter segala," ujar Fu serius.

Sabtu, 22 November 2014

Tampil di Festival Nasional di Semarang

Namanya juga olahraga rekreasi masyarakat, komunitas-komunitas yang bergabung dalam Formi Sidoarjo sejatinya bukan komunitas olahragawan atau atlet yang kompetitif ala KONI. Tapi Formi punya ajang tingkat daerah dan nasional untuk unjuk kebolehan para atletnya. Namanya pun bukan kompetisi atau kejuaraan, melainkan festival.

Pada 21 November 2013, sebanyak 37 atlet dari Sidoarjo mengikuti Festival Olahraga Masyarakat Indonesia di  Semarang. Formi Sidoarjo turun di lima cabang dari 12 cabang yang difestivalkan. Kelima cabang itu Senam Ayo Bergerak Indonesia, senam pernapasan, line dance, barongsai, serta olahraga tradisional terompah.

Pak Sutjipto selaku ketua Formi Sidoarjo, juga wakil bupati, berharap kontingen Kabupaten Sidoarjo bisa tampil maksimal di Semarang. Jaga nama baik Sidoarjo, begitu pesan Pak Tjip. Sportivitas, kekompakan, kerja sama, harus dijaga mengingat Formi ini tujuannya saling mendukung pengembangan olahraga masyarakat. Makin banyak masyarakat yang berolahraga makin baik.

Alhamdulillah, penampilan arek-arek kota petis ini tidak mengecewakan!

Blog Formi mangkrak 3,5 tahun

Kok gak ada informasi baru di blog yang berisi kegiatan-kegiatan Formi? Kapan di-update? Kok berita terakhir saat launching Formi Sidoarjo, Maret 2011? Begitulah antara lain pertanyaan-pertanyaan yang muncul di kolom komentar di email admin.

Memang aneh sebuah blog atau website (lama) mangkrak begitu lama. Tiga tahun sama sekali tidak memperbarui informasi apa pun. Blognya tentu saja jadi kehilangan kredibilitas. Pengunjung hanya disuguhi informasi yang sudah sangat basi.

Mohon maaf sebesar-besarnya. Ini semua kesalahan admin, sukarelawan sejati, yang ingin membantu mensosialisasikan gerakan olahraga masyarakat yang kini mewujud dalam bentuk organisasi resmi; Federasi Olahraga Masyarakat Indonesia (Formi). Selama tiga tahun lebih itu Formi Sidoarjo benar-benar eksis berkat kepemipinan Bapak Hadi Sutjipto, yang juga wakil bupati Sidoarjo.

Kegiatan Formi begitu banyak. Setiap Ahad pagi ada Car Free Day yang selalu diisi oleh komunitas-komunitas olahraga rekreasi anggota Formi. Kalau semuanya ditulis, wah, banyak sekali. Mungkin sudah ratusan atau ribuan artikel.

Sayang, karena kealpaan sang admin, tiga tahun tidak membuka akun emal dan blogger, maka terjadilah bencana ini: lupa password! Penyakit fatal yang membuat aktivitas posting blog menjadi macet. Ya sudah, lupakan saja blog Formi Sidoarjo. Toh, kegiatan Formi sudah banyak ditulis di media massa umum. Di internet juga banyak informasi tentang Formi yang tumbuh di mana-mana.

Eh, iseng-iseng si admin mencoba masuk lagi ke akun Formi Sidoarjo di blogger. Coba-coba memasukkan sekitar tujuh password. Semua ada kaitan dengan jargon atau julukan khas Sidoarjo seperti delta, lontong, petis, dsb. Nah, saat usaha ketujuh kali, rupanya agak nyambung. Gmail meminta verifikasi lewat nomor ponsel. Syukurlah, nomor HP masih sama seperti 10 tahun lalu.

Kode verifikasi itulah yang kemudian menjadi kunci pembuka akun blogger yang mangkrak sejak Maret 2011 itu. Alhamdulillah! Si admin diminta untuk mengganti kata sandi (password)... dan jangan lupa lagi. Betapa girangnya hati ini. Dan mulailah menulis naskah-naskah sederhana yang berhubungan dengan olahraga rekreasi, khususnya Formi Sidoarjo.

Selamat membaca!

Olahraga ringan dan rutin ala Tionghoa

Saya menemukan buku lama berjudul Resep Panjang Umur ala Cina di lapak toko buku bekas, Jalan Semarang, Surabaya. Isinya tentang makanan, minuman, olahraga, hingga beberapa kiat untuk hidup sehat dan berumur panjang. Humor, sering tertawa, tidak lekas marah, tidak stres, antara lain, resepnya.

Porsi makanan yang masuk ke mulut sebaiknya jangan terlalu banyak. Malah dianjurkan makan lima kali dengan porsi kecil daripada makan tiga kali atau dua kali dengan porsi besar. Makanan yang lebih sedikit tentu lebih meringankan alat-alat pencernaan kita.

Bagaimana dengan olahraga? Sejak zaman Tiongkok kuno, olahraga atau gerak badan atau excercise sangat ditekankan. "Jangankan memanjakan badan dan bermalas-malas," begitu pesan Mao yang dikutip buku terbitan Jogjakarta ini.

Sama dengan makanan, porsi latihan atau olahraga ini sebaiknya tidak besar. Olahraga sedikit, rutin, terus-menerus lebih dianjurkan daripada olahraga yang sangat menguras tenaga kemudian berhenti. Olahraga juga tidak harus yang mahal atau elite. Cukup jalan kaki atau memotong kayu, ngepel, membersihkan halaman, dan sebagainya.

"Anda tak perlu pergi ke pusat kebugaran untuk berolahraga. Anda bisa jalan kaki di depan rumah atau lari-lari di sekitar tempat tinggal Anda," pesan Mao.

Agar olahraga ini bisa dilaksanakan secara rutin, kita diminta memilih olahraga yang  jadi kesenangan kita. Yang namanya hobi pasti ditekuni seseorang dengan hati senang. Jangan berolahraga karena terpaksa.

Lebih baik jalan kaki atau naik sepeda kalau lokasi tujuan kita sangat dekat.

Formi mutlak didukung pemda

Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (FORMI) tergolong organisasi baru. Usianya belum genap lima tahun. Karena itu, masih banyak kabupaten/kota di Indonesia yang belum membentuk FORMI. Ada yang sudah punya pengurus, tapi sepi kegiatan. Begitu banyak kendala di lapangan mengingat organisasi itu benar-benar nirlaba. Para pengurusnya tidak dibayar.

FORMI Sidoarjo baru saja mendapat penghargaan dari FORMI Jawa Timur karena dinilai paling giat mengadakan acara olahraga massal. Kepengurusan FORMI bahkan sudah sampai di semua kecamatan. Kecamatan-kecamatan pun aktif mengajak berbagai komunitas olahraga rekreasi seperti kelompok senam jantung sehat, senam tera, senam aerobik, untuk berolahraga bersama.

Lantas, apa kunci sukses FORMI Sidoarjo? Pertama-tama, menurut saya, karena dukungan Pemerintah Kabupaten Sidoarjo. Bupati Saiful Ilah dan Wakil  Bupati MG Hadi Sutjipto sangat antusias ketika diadakan sosialisasi FORMI dari pihak provinsi. Bahkan, sebelum kepengurusan dibentuk, Wabup Hadi Sutjipto bersedia meluangkan waktunya untuk memimpin rapat-rapat persiapan pembentukan FORMI Sidoarjo.

Akhirnya, MG Hadi Sutjipto dipercaya menjadi ketua umum FORMI Sidoarjo. Dengan dipimpin seorang wakil bupati, kegiatan-kegiatan FORMI bisa langsung diselaraskan dengan program Pemkab Sidoarjo seperti Car Free Day di alun-alun setiap hari Minggu. FORMI yang mengisi kegiatan olahraga dan rekreasi massal mingguan itu.

Koordinasi dengan kepolisian dan dinas perhubungan menjadi sangat mudah. Pak Wabup tinggal menelepon kapolres bahwa Jalan Ahmad Yani perlu ditutup untuk kegiatan olahraga berbagai komunitas anggota FORMI. Begitu pula koordinasi menggunakan alun-alun jauh lebih mudah. Sebab, alun-alun itu dikelola salah satu UPT di bawah Pemkab Sidoarjo. Sulit dibayangkan kalau ketua FORMI kabupaten/kota itu bukan wakil bupati atau pejabat yang berpengaruh.

Sebagai wakil bupati, Pak Sutjipto juga bisa dengan mudah menginstruksikan agar kegiatan CFD yang biasanya cuma dilaksanakan di alun-alun bisa diperluas hingga ke semua 18  kecamatan. FORMI-FORMI kecamatan pun kebanyakan diurus orang-orang birokrasi pula.

Tentu saja kepengurusan federasi olahraga yang terlampau birokratis ala pemda ini tidak bisa berlangsung terus-menerus. Sebab, FORMI pada dasarnya merupakan federasi komunitas-komunitas olahraga rekreasi masyarakat yang hidup di sebuah wilayah tertentu. Dus, ke depan komunitas-komunitas itulah yang harus mengurus federasinya sendiri. Sehingga tidak ada kesan bupati atau wakil bupati yang "memerintahkan" komunitas-komunitas olahraga untuk mengadakan kegiatan tertentu.

Barongsai pun makin berkibar

Barongsai atau lion dance sempat dilarang oleh rezim Orde Baru selama tiga dasawarsa. Setelah reformasi, olahraga sekaligus tarian asal Tiongkok ini kembali eksis di tanah air. Barongsai bahkan menjadi tontonan favorit anak-anak dan masyarakat umum. Dan, yang menarik, sebagian besar pemain barongsai justru bukan orang Tionghoa.

Karena nonaktif puluhan tahun, organisasi barongsai di Indonesia pun harus ditata kembali dari nol. Organisasi lama di era Orde Lama sudah terkubur. Ajaibnya, setelah reformasi, para pembina barongsai terkesan berlomba-lomba membuat organisasi. Ada Persobarin, asosiasi barongsai, asosiasi lion dance, dan sebagainya. Akibatnya, olahraga yang punya banyak event internasional ini sempat kesulitan diterima Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI).

Semua cabang olahraga memang ingin masuk KONI, induk olahraga prestasi di tanah air. Sebab, dengan masuk KONI, cabang olahraga itu bisa dipertandingkan di event bergengsi seperti Pekan Olahraga Nasional (PON). Syukurlah, setelah dipimpin Dahlan Iskan, mantan menteri BUMN, federasi barongsai akhirnya diterima oleh KONI. Kita lihat saja apakah olahraga yang membutuhkan kelenturan dan kelincahan tubuh ini dipertandingkan di PON.

Kalau pengurus barongsai di pusat berjuang masuk KONI, komunitas atau klub barongsai di daerah justru sudah difasilitasi di Federasi Olahraga Masyarakat Indonesia (FORMI). Bahkan, di Sidoarjo, barongsai justru jadi motor penggerak awal lahirnya FORMI Kabupaten Sidoarjo. Saat pengukuhan pengurus FORMI Sidoarjo di alun-alun, olahraga barongsai dan liang liong tampil atraktif dan menyedot perhatian warga.

"Sejak awal kami memang mendukung penuh keberadaan FORMI Sidoarjo," kata Nugroho, pembina sekaligus pemilik grup barongsai Dharma Bhakti Sidoarjo.

Menurut dia, banyak sekali komunitas olahraga di masyarakat yang selama bertahun-tahun tidak diurus pemerintah. Sebab belum ada wadah atau organisasi payungnya. KONI hanya mengurus cabang-cabang olahraga prestasi. "Padahal, olahraga rekreasi atau nonprestasi ini sangat banyak," katanya.

Kalaupun sudah masuk KONI atau mengikuti jalur prestasi, Nugroho menyatakan siap menggembleng pemain-pemainnya untuk berlaga di event apa saja. Jalur KONI dan jalur FORMI bisa diikuti barongsai. Di jalur FORMI, unsur olahraga rekreasi dan hiburan lebih ditonjolkan. Sebaliknya, di jalur KONI, tentu para atlet barongsa digembleng agar bisa berprestasi baik di tingkat regional, nasional, maupun internasional.

Falun Gong Aktif di Formi Sidoarjo

Orang Indonesia kebanyakan hanya tahu bahwa Falun Gong atau Falun Dafa itu sebuah senam untuk menjaga kesehatan. Gerakan-gerakan lembut, diiringi musik yang tenang, membuat praktisinya seperti larut dalam meditasi. Anggota komunitas ini terus berkembang meskipun di Tiongkok sana, komunitas ini kabarnya dilarang.

Di Indonesia, Falun Gong dianggap kelompok olahraga biasa. Titik. Bukan organisasi atau gerakan yang ingin merongrong pemerintah Tiongkok. Karena itulah, kelompok senam yang didominasi orang dewasa dan lansia ini tidak pernah mengalami hambatan. Bahkan, di Sidoarjo, Falun Gong sejak dulu berlatih secara rutin di pendapa Dinas Pariwisata Kabupaten Sidoarjo.

Saya perhatikan kelompok Falun Gong ini selalu aktif dalam berbagai kegiatan masyarakat di Sidoarjo. Kalau ada pawai hari jadi kabupaten, Falun Gong selalu tampil dengan seragam kuningnya itu. Ketika Federasi Olahraga Masyarakat Indonesia (FORMI) resmi dibentuk, Falun Gong pun tak ketinggalan. Ikut jadi salah satu komunitas pendukung.

Para praktisi atau anggota Falun Gong biasanya menyampaikan testimoni tentang senam kultivasi ala Tiongkok yang berhasil membuat pikiran tenang, badan sehat, penyakit-penyakit, termasuk yang berat sekalipun, hilang. Tentu saja warga sangat antusias karena ingn sehat juga. Kalau ada keluarga yang sakit, stroke, ya diusahakan ikut. Siapa tahu sembuh.

Di Surabaya, beberapa kegiatan Falun Gong sempat dilarang polisi dan pemkot. Saya menilai bukan Falun Gong-nya yang dilarang, tapi unjuk rasa di halaman Konjen Tiongkok yang tidak dibenarkan. Sebab, kalau sudah main unjuk rasa, menyebarkan poster, selebaran, pernyataan politik... rasanya bukan lagi komunitas senam relaksasi otak.

Syukurlah, di Sidoarjo ini teman-teman Falun Gong hanya fokus pada kegiatan senam dan meditasi. Mereka pun asyik-asyik saja berkecimpung sebagai salah satu komunitas di FORMI.

Senam Tera Indonesia Adopsi Taichi

Di masa Orde Baru, semua yang berbau Tionghoa atau Cina dilarang pemerintah. Karena itu, taichi (taiji) yang sudah ada sejak zaman Tiongkok kuno, jauh sebelum Masehi, dan sudah tersebar di seluruh dunia oleh para perantau asal Tiongkok pun dilarang.

Aneh tapi nyata! Padahal, orang Tionghoa di Indonesia sudah ada sejak sebelum Belanda datang. Mereka biasa mempraktikkan taichi, senam pernapasan, silat, maupun seni bela diri leluhurnya di Indonesia. Tidak sedikit warga pribumi yang juga menguasai taichi, bahkan jadi gurunya.

Nah, di tengah iklim sosial politik yang tidak kondusif itu, hubungan diplomatik dengan Tiongkok masih putus, muncul jalan tengah. Pada 12 November 1985 mulai diperkenalkan Senam Tera Indonesia (STI) oleh Bambang Sutomo. Beliau berasal dari Tiongkok tapi pakai nama Jawa, sesuai dengan kebijakan Orde Baru, yang melarang nama-nama Tionghoa.

Pak Bambang dengan telaten membagikan 25 jurus taichi di Jakarta. Rupanya senam baru yang mengadopsi gerakan-gerakan taichi ini diminati orang. Apalagi, ada embel-embel bahwa senam ini bermanfaat untuk kesehatan, pernapasan, kerja jantung, dan sebagainya.

Menpora saat itu, Abdul Gafur, kemudian membentuk tim untuk mengevaluasi senam itu. Cocok tidak dengan kepribadian bangsa. Mengandung ajaran komunis atau tidak. Singkat cerita, senam asal Tiongkok ini dianggap baik atau netral. Menteri Abdul Gafur kemudian melapor ke Presiden Soeharto.

Presiden setuju senam ini bisa dimasalkan, tapi namanya tidak boleh berbahasa Tionghoa atau berbau negeri Tiongkok. Sejak itulah nama resminya senam tera Indonesia (STI). Maksudnya, senam ini jadi terapi fisik.

Sejalan dengan slogan "memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat", Menteri Abdul Gafur menyebarkan STI ke seluruh Indonesia. Salah satunya lewat sekolah-sekolah. STI ini melengkapi SPI dan SKJ yang sudah ada sebelumnya. Karena itu, tidak heran STI berkembang pesat di seluruh Indonesia.

Senam Xiao Ping Guo dari Tiongkok

Di era internet ini kita bisa mengakses begitu banyak informasi dari seluruh dunia. Yang paling fenomenal adalah Yotube. Situs ini memungkinan siapa saja bisa mengunggah video apa saja, dari mana saja, dan kapan saja. Dunia menjadi seolah tanpa batas.

Berkat Youtube inilah, masyarakat Indonesia sempat demam tarian Gangnam Style dari Korea. Tarian yang juga diadopsi oleh guru-guru senam kita. Maka, lihatlah, hampir setiap pagi di seluruh Indonesia kelompok-kelompok senam memperagakan Gangnam Style ini. Senam jad asyik, menghibur, tapi tetap berkeringat.

Tiongkok pun tak mau kalah. Belakangan muncul senam/tarian yang dikenal dengan nama Xiao Pingguo atau Apel Kecil. Senam dansa juga belakang populer di kota-kota besar di Indonesia. Orang Tionghoa, yang umumnya senang senam pagi dan olahraga rekreasi, punya banyak komunitas yang memainkan si Apel Kecil yang aslinya diperkenalkan tentara-tentara Tiongkok itu. Bisa dilihat di https://www.youtube.com/watch?v=l6PfckOoZLA.

Senam Xiao Pingguo ini semakin populer setelah diperkenalkan Dahlan Iskan, menteri BUMN, dalam tulisannya. Sayang, Pak Dahlan tak lagi masuk kabinet. Pak Dahlan sendiri punya gaya senam sendiri, namanya Dahlan Style. Sayang, usia Dahlan Style ini tidak lama karena Pak Dahlan keburu lengser jadi menteri.

Senam Dahlan Style Mati Muda

Dahlan Iskan memang fenomenal. Beliau bukan saja sukses menjadi pengusaha media Jawa Pos Group, yang punya ratusan media di seluruh Indonesia, tapi berhasil menjadi pejabat yang berprestasi. Setelah ditunjuk jadi direktur utama PT PLN, Pak Dahlan bikin banyak gebrakan.

Ada pro kontra tentu saja, tapi kerja kerasnya (semboyan Dahlan Iskan: kerja, kerja, kerja) diapresiasi banyak pihak. Dahlan Iskan kemudian dipercaya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai menteri BUMN. Kembali Dahlan mentapa perusahaan-perusahaan BUMN dengan gayanya yang selalu simpel, mengutamakan akal sehat, dan out of the box.

Dahlan Iskan pun sempat ikut konvensi calon presiden dari Partai Demokrat. Hasilnya, Dahlan Iskan berada di peringkat pertama. Dus, paling layak diusung sebagai capres RI dari Partai Demokrat. Sayang, SBY enggan mengusung Pak Dahlan.

Nah, selama menjabat menteri, Dahlan Iskan rajin berolahraga bersama masyarakat. Macam-macam komunitas senam dimasuki bapak dua anak ini. Selepas jalan pagi, Pak Dahlan bergabung dengan klub-klub senam. Lalu, belakangan diciptakan gerakan senam aerobik yang dikenal dengan nama Dahlan Style. Pak Dahlan tak lupa menyosialisasikan senam yang diiringi lagu dangdut Cirebonan yang dinyanyikan Diana Sastra itu.

Setiap kali Dahlan Iskan tiba di sebuah kota, ribuan orang turun ke lapangan untuk senam bersama. Senam Dahlan Style. Gerakan-gerakannya khas aerobik: lincah, bervariasi, tapi membutuhkan cukup waktu agar bisa benar-benar menguasai. Gerakan kakinya yang sangat khas. Biasanya foto Pak Dahlan mengangkat kaki saat senam dimuat di sejumlah surat kabar.

Sayang, senam baru yang sudah disukai ribuan orang di Indonesia ini tidak bisa berumur panjang. Dahlan Iskan sendiri menganggap senam Dahlan Style ini tidak relevan lagi setelah dia tidak lagi menjadi menteri.

"Dahlan Style tidak akan dimainkan lagi. Sebab, syair lagunya tidak cocok lagi. Ada kalimat 'Dahlan Iskan seorang menteri' di dalam lagu Sunda Cirebonan yang dinyanyikan Diana Sastra itu," tulis Dahlan Iskan.

Dahlan menambahkan, "Ada yang ngotot minta tetap saja mainkan lagu itu sampai ada anggota yang mau walk out segala. Tapi, saya tidak setuju: bisa menimbulkan post power syndrome."

Apa boleh buat. Senam Dahlan Style pun mati muda!

Rumus Jalan Kaki ala Dahlan Iskan

Semua orang bisa jalan kaki. Tapi apakah semua kegiatan jalan kaki bisa disebut olahraga? Dahlan Iskan, mantan menteri BUMN dan bos Jawa Pos Group, dengan tegas mengatakan tidak. Jalan kaki yang santai, leha-leha, sering berhenti untuk ngobrol, katanya, tidak bisa disebut olahraga untuk membangun kesehatan.

Dahlan Iskan mengaku punya definisi sendiri tentang olahraga, khususnya jalan kaki. Bagi Dahlan Iskan, olahraga (jalan kaki) adalah gerak tubuh yang menghasilkan detak jantung 115 kali dalam waktu minimal 10 menit. Konstan, terus-menerus!

Jadi, olahraga versi Dahlan Iskan itu harus memenuhi unsur: detak jantung 115 kali, minimal 10 menit, ada unsur terus-menerus. "Memang ada orang yang jantungnya bisa berdetak 115 kali tanpa gerak tubuh, tapi itu tidak bisa disebut olahraga. Itu orang kaget," tulis Pak Dahlan dalam kata pengantar bukunya, Ganti Hati.

Sebaliknya, ada orang yang jalan kaki sampai dua jam. Juga tidak masuk kategori olahraga. Jalan santai hanya menghasilkan kelelahan. Tidak akan membuat jantung berdetak 115 kali. Orang yang berlari cepat juga menghasilkan detak jantung yang cepat. Jauh lebih cepat ketimbang jalan kaki. Tapi unsur konstannya hilang kalau sebentar-sebentar berhenti.

Nah, selama menjabat dirut PLN, kemudian menteri BUMN, Dahlan Iskan mengajarkan definisi olahraga ini ke mana-mana. Dia selalu bikin kuis sebelum acara jalan kaki bersama. Yang menjawab benar dapat uang Rp 100 ribu. Tapi biasanya tidak ada yang menjawab dengan benar definisi olahraga itu. Para karyawan, anak buahnya, selalu dikasih pengarahan dulu tentang pengertian olahraga sebelum jalan kaki dimulai.

Dahlan Iskan tak hanya sekadar bikin teori tentang jalan kaki atau olahraga. Putra asli Magetan yag juga wartawan kawakan itu sangat konsisten jalan kaki setiap hari. Ketika menjabat dirut PLN, dia sengaja membeli rumah yang agak jauh dari kantornya, tapi tidak jauh sekali, agar bisa jalan kaki. Dia tidak naik mobil atau taksi dari rumah ke kantor PLN. Biasanya 35 menit sud ah sampai di kantor.

"Tidak terlalu lelah, tapi keringat sudah bercucuran," kata bapak dua anak itu.

Pak Dahlan juga dikenal suka jalan kaki di tangga. Sengaja menghindari lift karena definisi olahraganya pasti tidak kena. Jalan kaki di tangga pun harus dilakukan secara bergegas agar detak jantung bisa tembus 115 kali. Juga harus konsisten.

Hasil laku jalan kaki ini memang luar biasa. Kondisi Pak Dahlan Iskan segar bugar, sehat, bersemangat, meskipun menjalani transplantasi hati di Tianjin, Tiongkok, pada 2007. Ada baiknya kita mengikuti jejak jalan kaki Pak Dahlan Iskan.

Jalan, jalan, jalan...! Cepat, cepat, cepat...! Sehat... sehat... sehat!!!!

Senam jantung sehat penggerak Formi

Begitu banyak komunitas senam yang ada di Indonesia. Salah satu komunitas senam yang paling populer adalah senam jantung sehat. Di Kabupaten Sidoarjo, Jatim, senam jantung sehat ini punya komunitas yang tersebar di 18 kecamatan dan hampir semua desa/kelurahan.

Senam jantung sehat bahkan tercatat sebagai salah satu komunitas perintis berdirinya FORMI (Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia) Kabupaten Sidoarjo. Begitu pihak provinsi meminta agar semua kabupaten/kota membentuk pengurus FORMI, maka jalan termudah adalah menghubungi komunitas jantung sehat.

Komunitas ini didominasi warga lansia dan pensiunan. Bukan apa-apa. Olahraga jantung sehat dianggap paling cocok untuk lansia karena gerakannya tidak ngoyo, potensi cenderanya juga rendah, dan manfaatnya yang luar biasa. Gerakan-gerakan senam jantung sehat difokuskan untuk memperkuat jantung. Jika jantung sehat, sirkulasi darah ke seluruh tubuh pun akan bagus pula.

Saat mengisi kegiatan Car Free Day di alun-alun Sidoarjo, warga diajak senam jantug bersama. Sebelum memulai senam, peserta diminta menghitung denyut nadi. Setelah melakukan pemanasan, mereka diminta untuk menghitung lagi denyut nadi mereka selama 10 detik.

Sekretaris Umum FORMI Kabupaten Sidoarjo Suwignyo mengatakan, senam jantung ini dilakukan sebagai upaya pencegahan penyakit jantung. "Jangan lupa, penyakit jantung itu penyebab kematian nomor dua," katanya.

Dengan melakukan senam jantung yang benar selama 20 menit saja, insyaallah, risiko terkena penyakit jantung akan berkurang. Olahraga atau latihan ringan macam senam jantung ini memang harus dilakukan secara rutin dan teratur. Setiap hari pasti semakin bagus. Dan sebaiknya dilakukan ramai-ramai agar tercipta komunitas yang saling berbagi dan mendukung satu sama lain.

Begitu banyaknya klub atau komunitas jantung sehat di Kabupaten Sidoarjo, setiap kali ada karnaval atau pawai komunitas ini selalu terlihat menonjol. Salam jantung sehat!

BMX yang mempesona

Banyak orang yang menganggap Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (FORMI) didominasi komunitas-komunitas orang tua atau lansia. Ini jelas keliru. Buktinya, banyak pula komunitas anak muda yang terlibat aktif dalam kegiatan FORMI Sidoarjo setiap Minggu di Alun-Alun Sidoarjo.

Atraksi anak-anak muda ini selalu menjadi pusat perhatian masyarakat. Salah satunya komunitas BMX Sidoarjo. Berbekal sepeda, yang tidak terlalu canggih, para remaja belasan hingga likuran tahun ini unjuk kebolehan di Jalan Ahmad Yani Sidoarjo. Mereka beraksi layaknya pemain akrobat ulung dari Tiongkok.

"Saya senang lihat anak-anak itu main sepeda. Betul-betul lincah, terampil, dan berani," kata Pak Nugroho, salah satu pengurus FORMI Sidoarjo.

Atraksi BMX ini benar-benar mencerminkan olahraga + rekreasi. Para pemain tak hanya unjuk kebolehan untuk diri sendiri, tapi jad tontonan banyak orang. Gratis pula. "Acara Car Free Day di alun-alun ini menjadi kesempatan yang baik untuk berinteraksi dengan berbagai komunitas di Sidoarjo. Ada komunitas senam, bela diri, sepeda kuno, dan sebagainya," kata seorang BMX-mania.

Sejak dulu komunitas BMX ini sudah ada. Sebagian di antaranya mengisi acara-acara serupa, semacam CFD, di Surabaya atau kota-kota lain. Kini, setelah Pemkab Sidoarjo resmi mengadakan CFD secara rutin, anak-anak BMX Sidoarjo pun riang gembira. Mereka mendapat ruang ekspresi, sekaligus pengakuan akan eksistensinya dari pemerintah melalui wadah FORMI ini.

SPI, SKJ, Poco-Poco, hingga Aerobik

Memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat! Ungkapan ini sangat populer di era Orde Baru. Presiden Soeharto dengan kabinet pembangunan sering mengulang-ulang jaron ini: Memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat!

Begitu seringnya diulang, juga disampaikan bapak-ibu guru di SD, anak-anak dari Sabang sampai Merauke sangat hafal ungkapan ini. Meskipun tidak semua orang tahu filosofi di balik jargon pemerintah itu.

Pak Harto, sapaan Presiden Soeharto, tak asal bicara. Pemerintahannya, dulu, sangat getol mengadakan kegiatan olahraga di sekolah-sekolah dan kampung-kampung. Pemerintah memperkenalkan senam pagi massal yang dikenal dengan nama SPI: senam pagi Indonesia. Masih ingat logo SPI di kaos-kaos anak-anak? Yah, ada matahari paginya, dengan desain yang sangat sederhana.

Senam massal ala SPI ini memang luar biasa. Semua orang Indonesia, di 27 provinsi, melakukannya. Gerakannya, musiknya... semuanya sama. Seragam. Pemerintah Orde Baru memang suka dengan keseragaman. Kalau ada peserta senam yang tidak seragam, bisa disetrap Pak Guru.

Setelah SPI, diperkenalkan senam kesegaran jasmani alias SKJ. Prinsipnya sama dengan SPI: senam massal dengan gerakan-gerakan yang mudah, sederhana, tapi efektif. Musik pengiring SKJ juga khas, mudah diingat orang. Percayalah, orang Indonesia yang berusia di atas 30 tahun ke atas masih ingat musik pengiring senam-senam massal ala Orde Baru ini. Bahkan, masih bisa melakukan gerakan-gerakan senam seperti saat masih sekolah dasar dulu.

Makin mendekati reformasi, gerakan senam massal ala SPI dan SKJ makin melemah. Tidak lagi semasif era 1980-an. Gerakan-gerakan senam baru cenderung makin cepat dan makin sulit. Karena itu, sulit nancap di benak dan motorik manusia Indonesia. Nah, setelah reformasi, gerakan senam massal, jaron lama "memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat" pun makin dilupakan.

Namun, di pihak lain, masyarakat Indonesia makin kreatif. Makin banyak senam-senam baru yang tumbuh di daerah. Tidak lagi didesain di Jakarta, kemudian diserbarluaskan di seluruh Indonesia ala SPI dan SKJ. Maka, muncullah senam khas Manado yang disebut Poco-Poco. Senam massal yang lebih cocok disebut tarian.

Yah, senam-senam massal gaya baru memang bermunculan di era reformasi, khususnya 10 tahun terakhir. Basic-nya senam aerobik yang diciptakan para instruktur atau guru-guru senam di berbagai pusat kebugaran. "Saya anggap senam sekarang itu bukan senam, tapi menari," kata Ibu Siti, wanita sepuh, yang biasa senam pagi sejak 1950-an.

Memang, senam + menari (dancing) yang diiringi lagu-lagu hits memang sedang jadi tren di masyarakat. Musik pengiring disesuaikan dengan lagu apa saja yang sedang disukai masyarakat.

Formi Sidoarjo Terbaik di Jawa Timur

Keberhasilan kegiatan Car Free Day (CFD) tak lepas dari jasa  Federasi Olahraga Masyarakat Indonesia (FORMI) Sidoarjo. Ketika jalan raya utama di kawasan alun-alun, Jalan Ahmad Yani, ditutup pada Ahad pagi, berbagai komunitas olahraga rekreasi anggota FORMI mengisi kegiatan olahraga santai bersama masyarakat.

Begitu banyak komunitas olahraga, khususnya senam, seperti senam jantung sehat, senam lansia, Ling Tien Kung, yang ingin tampil. Mereka ingin memperkenalkan komunitasnya kepada masyarakat Sidoarjo. Karena itu, biasanya FORMI Sidoarjo memberi kesempatan kepada 2-3, kadang 4 komunitas, untuk ekshibisi di Jalan Ahmad Yani atau alun-alun.

Acara CFD di Sidoarjo ini ternyata sangat sukses. Tidak kalah dengan CFD yang lebih dulu diadakan di Kota Surabaya. Bahkan, kalau mau jujur, CFD di Sidoarjo ini sebenarnya terinspirasi oleh keberhasilan CFD di Surabaya.


"Alhamdulillah, respons masyarakat sangat bagus. Makanya, kami ingin agar CFD ini tidak hanya diadakan di pusat kota, alun-alun, tapi juga di seluruh kecamatan di Kabupaten Sidoarjo," kata Pak Hadi Sutjipto, ketua FORMI Sidoarjo.

Kegiatan CFD ini digelar serentak di semua kecamatan? 18 kecamatan?  Luar biasa!

Untung saja, FORMI Sidoarjo ini sudah punya pengurus di semua 18 kecamatan. Banyak orang bersedia jadi pengurus FORMI meskipun tidak dibayar.

Minggu, 9 November 2014, diadakan launching CFD 18 Kecamatan di Lapangan Albatros, Sedati, tak jauh dari Bandara Juanda. Antusiasme masyarakat setempat dan komunitas-komunitas olaharga rekreasi luar biasa. Semua gembira, senam aerobik bersama, lalu dihibur dengan musik dan atraksi menarik lainnya.

Pembukaan CFD 18 Kecamatan di Kabupaten Sidoarjo ini dihadiri Ibu Lily Karim, ketua FORMI pusat. Lily mengaku kagum dengan semangat warga Sidoarjo yang mendukung kegiatan olahraga rekreasi di event CFD. Semakin banyak masyarakat yang berolahraga tentu saja makin bagus. Masyarakat makin sehat, kualitas hidup pun meningkat.

Lily Karim bahkan menyebut Kabupaten Sidoarjo sebagai pelopor CFD tingkat kecamatan pertama di Indonesia. "Di daerah lain baru beberapa kecamatan saja. Bahkan, CFD ini hanya dipusatkan di satu titik. Kabupaten Sidoarjo ini dilaksanakan serentak di 18 titik. Luar biasa," kata Lily disambut tepuk tangan.

Lantas, Lily Karim bersama Ketua FORMI Sidoarjo MG Hadi Sutjipto, serta sejumlah pejabat pemkab dan Kecamatan Sedati melepas balon warna-warni. Semoga CFD 18 kecamatan ini berlangsung dengan mulus dan lancar.

Jumat, 21 November 2014

FORMI menyebar ke 18 kecamatan

Federasi Olahraga Masyarakat Indonesia (FORMI) Sidoarjo baru dikukuhkan pada 2011. Namun, kegiatan-kegiatannya sudah merambah ke 18 kecamatan di kabupaten ini. Bahkan, sudah masuk ke desa-desa dan berbagai perumahan.

"FORMI Sidoarjo baru saja mendapat penghargaan sebagai FORMI tergiat di Jawa Timur," kata Ketua FORMI Sidoarjo MG Hadi Sutjipto.

Bukan hanya di Jawa Timur, bahkan FORMI pusat menyampaikan apresiasi khusus kepada masyarakat kota delta yang sejak akhir Mei 2006 terkena bencana lumpur Lapindo itu. FORMI Sidoarjo sering dipercaya mengadakan event tingkat nasional.

Apa kunci sukses FORMI Sidoarjo? "Kebersamaan semua pihak. Mulai dari komunitas-komunitas olahraga seperti senam jantung sehat, senam lansia, Ling Tien Kung, komunitas sepeda kuno, dan sebagainya," kata Pak Tjip, sapaan akrab MG Hadi Sutjipto.

Selain kebersaman, menurut Pak Tjip, para pengurus FORMI Sidoarjo ini mau bekerja keras, ikhlas, tanpa pamrih. Bukan apa-apa. Menjadi pengurus federasi olahraga rekreasi itu harus banyak berkorban waktu, tenaga, bahkan biaya. Padahal, pengurus-pengurus ini tidak digaji sama sekali. Mau menggaji pengurus pakai duit siapa? Wong FORMI itu organisasi yang belum punya anggaran.

"Makanya, saya mengapresasi semua pengurus dan stakeholders yang telah berjasa mengibarkan bendera FORMI Sidoarjo selama tiga tahun terakhir," kata pria yang juga wakil bupati Sidoarjo ini. FORMI secara umum didirikan pada 2010.

Saat ini ada 33 komunitas atau organisasi olahraga rekreasi yang tercatat di FORMI Sidoarjo. Jumlahnya dipastikan akan terus bertambah mengingat masih banyak komunitas olahraga rekreasi yang belum bergabung. Pak Tjip berharap gerakan olahraga masyarakat ini terus bergelora di seluruh Kabupaten Sidoarjo.

Men sana in corpore sano!
Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat pula!

Hidup FORMI Sidoarjo!