Sabtu, 06 Desember 2014

Hayono Isman Ketua Formi Indonesia hingga 2019

Hayono Isman akhirnya terpilih kembali menjadi ketua umum Formi (Federasi Olahraga Masyarakat Indonesia). Mantan menpora ini menjabat ketua Formi Indonesia periode 2014-2019 dalam musyawarah nasional (munas) IV di Jakarta, 28 November 2014. Pak Hayono dipilih secara aklamasi karena rekam jejak dan komitmennya yang jelas dalam pembinaan olahraga.

Hayono mengapresiasi kerja keras Formi-Formi di daerah yang membuat olahraga rekreasi makin berkembang. Indonesia akhirnya ditunjuk sebagai penyelenggara Kejuaraan Olahraga  Rekreasi Tingkat Dunia atau Tafisa 2016 di Jakarta. 

"Saya juga mendorong Bapak Presiden Jokowi untuk menerbitkan keputusan presiden tentang keberadaan Formi. Selama ini Formi hanya menggunakan payung hukum keputusan menteri," kata mantan anggota DPR RI yang juga politisi Partai Demokrat itu.

Dengan payung kepres, Hayono optimistis gerakan Formi bisa lebih meluas dan masif ke seluruh Indonesia. Gerakan memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat bisa lebih terkoordinasi dan terstruktur. Kepres itu juga sekaligus untuk menghidupkan berbagai olahraga tradisional yang berkembang di masyarakat.

"Olahraga tradisional kita sangat banyak. Setiap daerah ada olahraganya sendiri-sendiri. Tapi, karena gempuran globalisasi, anak-anak muda kita sudah asing dengan permainan tradisional itu," kata Hayono Isman yang sejak Orde Baru aktif di organisasi kepemudaan itu.

Saat ini Formi sudah punya organisasi resmi di 28 provinsi. Ada 42 induk organisasi yang terlibat dalam munas di Jakarta. Dukungan pemerintah pun sangat besar, terlihat dari kehadiran Menpora Imam Nahrawi dan sejumlah pejabat kementerian pemuda dan olahraga. Sebab, Formi dianggap sebagai organisasi olahraga rekreasi yang sangat perlu untuk menjaga kesehatan, kebugaran, dan kesegaran masyarakat Indonesia. 

Hayono Isman mengingatkan, tingkat kebugaran masyarakat Indonesia termasuk kategori rendah. Ini berdasar penelitian di lingkungan TNI, Polri, birokrasi, politisi, tenaga kerja, hingga institusi kesehatan. Kita juga kesulitan mencari bibit-bibit atlet muda yag mampu berprestasi di tingkat internasional. Pemain-pemain sepakbola kita sulit bermain dengan tempo tinggi selama 90 menit.

1 komentar:

  1. formi organisasi yg kurang populer di masyarakat sehingga perlu sosialisasi terus-menerus.

    BalasHapus