Begitu banyak komunitas sepeda tua di Kabupaten Sidoarjo dan Kota Surabaya. Hampir di semua kecamatan, bahkan desa/kelurahan, ada penggila sepeda lawas ini. Usia kereta angin mereka bervariasi: ada yang produksi zaman Belanda, zaman Jepang, tahun 1950-an dan 1960-an, kemudian 1970-an.
Makin tua makin asyik. Makin bangga pengendara plus kolektornya. Apalagi, katakanlah sepeda zaman Belanda era 1930-an itu kondisinya masih bagus. Masih bisa dipakai tur ke mana-mana. Pasti harganya lebih mahal ketimbang sepeda motor edisi terbaru.
Dibandingkan olahraga-olahraga lain yang berhimpung di Formi (Federasi Olahraga Masyarakat Rekreasi Indonesia), komunitas sepeda tua Indonesia alias Kosti inilah yang paling memenuhi kriteria olahraga rekreasi. Olahraga + rekrasi! Nggowes jauh, 10-50 kilometer (bahkan lebih), kumpul bareng anggota komunitas, pakai kostum khas pejuang tempo doeloe... kopi darat, guyon, dan sebagainya.
Tidak heran, komunitas sepeda tua ini sangat guyub, solid, dan kompak. Sekali kecemplung di sepeda kuno, orang sulit keluar. Saking asyiknya. "Kekeluargaannya sangat tinggi. Anggota komunitas itu seperti keluarga sendri," kata Pak Bambang, penasihat komunitas sepeda kuno yang tinggal di Rewwin Waru.
Jauh sebelum ada Formi, sebelum ada Car Free Day, puluhan pesepeda kuno punya agenda nggowes setiap Minggu pagi. Keliling Sidoarjo, main-main ke Surabaya, bertemu sesama penggemar sepeda lawas, atau kumpul-kumpul di alun-alun Sidoarjo.
Kini, setelah ada Formi, aktivitas sepeda kuno makin hebat aja. Biasanya mereka nongkrong di depan Pendapa Delta Wibawa, sebelah utara alun-alun. Ngobrol sesama anggota komunitas, cerita ngalor ngidul, hingga pertemuan membahas agenda komunitas. Mereka juga sering diajak foto bersama warga yang jalan-jalan keliling alun-alun. Sepeda-sepeda tua yang terawat kinclong itu juga kerap dipelototi warga Sidoarjo penikmat Car Free Day.
"Kita sulit menghitung anggota saking banyaknya," kata Wajik Iwak, pelukis yang juga pentolan sepeda kuno dari Sukodono.
Mengayuh sepeda kuno membuat jantung sehat, lemak tubuh dibakar, pikiran lebih fresh. Bagi pelukis senior seperti Mas Wajik ini, bersepeda menyusuri jalan-jalan di Sidoarjo juga menjadi sumber inspirasi. Begitu banyak objek menarik yang bisa diangkat ke atas kanvas.
"Saya pernah terinspirasi waktu melihat Pak Bupati (Saiful Ilah) jalan sehat bersama rombongan pejabat. Langsung saya lukis di pinggir jalan. Alhamdulillah, Pak Bupati mengapresiasi lukisan saya itu," katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar