Memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan
masyarakat! Ungkapan ini sangat populer di era Orde Baru. Presiden
Soeharto dengan kabinet pembangunan sering mengulang-ulang jaron ini:
Memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat!
Begitu seringnya diulang, juga disampaikan bapak-ibu guru
di SD, anak-anak dari Sabang sampai Merauke sangat hafal ungkapan ini.
Meskipun tidak semua orang tahu filosofi di balik jargon pemerintah itu.
Pak Harto, sapaan Presiden Soeharto, tak asal bicara.
Pemerintahannya, dulu, sangat getol mengadakan kegiatan olahraga di
sekolah-sekolah dan kampung-kampung. Pemerintah memperkenalkan senam
pagi massal yang dikenal dengan nama SPI: senam pagi Indonesia. Masih
ingat logo SPI di kaos-kaos anak-anak? Yah, ada matahari paginya, dengan
desain yang sangat sederhana.
Senam massal ala SPI ini memang luar biasa. Semua orang
Indonesia, di 27 provinsi, melakukannya. Gerakannya, musiknya...
semuanya sama. Seragam. Pemerintah Orde Baru memang suka dengan
keseragaman. Kalau ada peserta senam yang tidak seragam, bisa disetrap
Pak Guru.
Setelah SPI, diperkenalkan senam kesegaran jasmani alias
SKJ. Prinsipnya sama dengan SPI: senam massal dengan gerakan-gerakan
yang mudah, sederhana, tapi efektif. Musik pengiring SKJ juga khas,
mudah diingat orang. Percayalah, orang Indonesia yang berusia di atas 30
tahun ke atas masih ingat musik pengiring senam-senam massal ala Orde
Baru ini. Bahkan, masih bisa melakukan gerakan-gerakan senam seperti
saat masih sekolah dasar dulu.
Makin mendekati reformasi, gerakan senam massal ala SPI
dan SKJ makin melemah. Tidak lagi semasif era 1980-an. Gerakan-gerakan
senam baru cenderung makin cepat dan makin sulit. Karena itu, sulit
nancap di benak dan motorik manusia Indonesia. Nah, setelah reformasi,
gerakan senam massal, jaron lama "memasyarakatkan olahraga dan
mengolahragakan masyarakat" pun makin dilupakan.
Namun, di pihak lain, masyarakat Indonesia makin kreatif.
Makin banyak senam-senam baru yang tumbuh di daerah. Tidak lagi
didesain di Jakarta, kemudian diserbarluaskan di seluruh Indonesia ala
SPI dan SKJ. Maka, muncullah senam khas Manado yang disebut Poco-Poco.
Senam massal yang lebih cocok disebut tarian.
Yah, senam-senam massal gaya baru memang bermunculan di
era reformasi, khususnya 10 tahun terakhir. Basic-nya senam aerobik yang
diciptakan para instruktur atau guru-guru senam di berbagai pusat
kebugaran. "Saya anggap senam sekarang itu bukan senam, tapi menari,"
kata Ibu Siti, wanita sepuh, yang biasa senam pagi sejak 1950-an.
Memang, senam + menari (dancing) yang diiringi lagu-lagu
hits memang sedang jadi tren di masyarakat. Musik pengiring disesuaikan
dengan lagu apa saja yang sedang disukai masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar