Barongsai atau lion dance sempat dilarang oleh rezim Orde Baru selama tiga dasawarsa. Setelah reformasi, olahraga sekaligus tarian asal Tiongkok ini kembali eksis di tanah air. Barongsai bahkan menjadi tontonan favorit anak-anak dan masyarakat umum. Dan, yang menarik, sebagian besar pemain barongsai justru bukan orang Tionghoa.
Karena nonaktif puluhan tahun, organisasi barongsai di Indonesia pun harus ditata kembali dari nol. Organisasi lama di era Orde Lama sudah terkubur. Ajaibnya, setelah reformasi, para pembina barongsai terkesan berlomba-lomba membuat organisasi. Ada Persobarin, asosiasi barongsai, asosiasi lion dance, dan sebagainya. Akibatnya, olahraga yang punya banyak event internasional ini sempat kesulitan diterima Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI).
Semua cabang olahraga memang ingin masuk KONI, induk olahraga prestasi di tanah air. Sebab, dengan masuk KONI, cabang olahraga itu bisa dipertandingkan di event bergengsi seperti Pekan Olahraga Nasional (PON). Syukurlah, setelah dipimpin Dahlan Iskan, mantan menteri BUMN, federasi barongsai akhirnya diterima oleh KONI. Kita lihat saja apakah olahraga yang membutuhkan kelenturan dan kelincahan tubuh ini dipertandingkan di PON.
Kalau pengurus barongsai di pusat berjuang masuk KONI, komunitas atau klub barongsai di daerah justru sudah difasilitasi di Federasi Olahraga Masyarakat Indonesia (FORMI). Bahkan, di Sidoarjo, barongsai justru jadi motor penggerak awal lahirnya FORMI Kabupaten Sidoarjo. Saat pengukuhan pengurus FORMI Sidoarjo di alun-alun, olahraga barongsai dan liang liong tampil atraktif dan menyedot perhatian warga.
"Sejak awal kami memang mendukung penuh keberadaan FORMI Sidoarjo," kata Nugroho, pembina sekaligus pemilik grup barongsai Dharma Bhakti Sidoarjo.
Menurut dia, banyak sekali komunitas olahraga di masyarakat yang selama bertahun-tahun tidak diurus pemerintah. Sebab belum ada wadah atau organisasi payungnya. KONI hanya mengurus cabang-cabang olahraga prestasi. "Padahal, olahraga rekreasi atau nonprestasi ini sangat banyak," katanya.
Kalaupun sudah masuk KONI atau mengikuti jalur prestasi, Nugroho menyatakan siap menggembleng pemain-pemainnya untuk berlaga di event apa saja. Jalur KONI dan jalur FORMI bisa diikuti barongsai. Di jalur FORMI, unsur olahraga rekreasi dan hiburan lebih ditonjolkan. Sebaliknya, di jalur KONI, tentu para atlet barongsa digembleng agar bisa berprestasi baik di tingkat regional, nasional, maupun internasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar