Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (FORMI) tergolong organisasi baru. Usianya belum genap lima tahun. Karena itu, masih banyak kabupaten/kota di Indonesia yang belum membentuk FORMI. Ada yang sudah punya pengurus, tapi sepi kegiatan. Begitu banyak kendala di lapangan mengingat organisasi itu benar-benar nirlaba. Para pengurusnya tidak dibayar.
FORMI Sidoarjo baru saja mendapat penghargaan dari FORMI Jawa Timur karena dinilai paling giat mengadakan acara olahraga massal. Kepengurusan FORMI bahkan sudah sampai di semua kecamatan. Kecamatan-kecamatan pun aktif mengajak berbagai komunitas olahraga rekreasi seperti kelompok senam jantung sehat, senam tera, senam aerobik, untuk berolahraga bersama.
Lantas, apa kunci sukses FORMI Sidoarjo? Pertama-tama, menurut saya, karena dukungan Pemerintah Kabupaten Sidoarjo. Bupati Saiful Ilah dan Wakil Bupati MG Hadi Sutjipto sangat antusias ketika diadakan sosialisasi FORMI dari pihak provinsi. Bahkan, sebelum kepengurusan dibentuk, Wabup Hadi Sutjipto bersedia meluangkan waktunya untuk memimpin rapat-rapat persiapan pembentukan FORMI Sidoarjo.
Akhirnya, MG Hadi Sutjipto dipercaya menjadi ketua umum FORMI Sidoarjo. Dengan dipimpin seorang wakil bupati, kegiatan-kegiatan FORMI bisa langsung diselaraskan dengan program Pemkab Sidoarjo seperti Car Free Day di alun-alun setiap hari Minggu. FORMI yang mengisi kegiatan olahraga dan rekreasi massal mingguan itu.
Koordinasi dengan kepolisian dan dinas perhubungan menjadi sangat mudah. Pak Wabup tinggal menelepon kapolres bahwa Jalan Ahmad Yani perlu ditutup untuk kegiatan olahraga berbagai komunitas anggota FORMI. Begitu pula koordinasi menggunakan alun-alun jauh lebih mudah. Sebab, alun-alun itu dikelola salah satu UPT di bawah Pemkab Sidoarjo. Sulit dibayangkan kalau ketua FORMI kabupaten/kota itu bukan wakil bupati atau pejabat yang berpengaruh.
Sebagai wakil bupati, Pak Sutjipto juga bisa dengan mudah menginstruksikan agar kegiatan CFD yang biasanya cuma dilaksanakan di alun-alun bisa diperluas hingga ke semua 18 kecamatan. FORMI-FORMI kecamatan pun kebanyakan diurus orang-orang birokrasi pula.
Tentu saja kepengurusan federasi olahraga yang terlampau birokratis ala pemda ini tidak bisa berlangsung terus-menerus. Sebab, FORMI pada dasarnya merupakan federasi komunitas-komunitas olahraga rekreasi masyarakat yang hidup di sebuah wilayah tertentu. Dus, ke depan komunitas-komunitas itulah yang harus mengurus federasinya sendiri. Sehingga tidak ada kesan bupati atau wakil bupati yang "memerintahkan" komunitas-komunitas olahraga untuk mengadakan kegiatan tertentu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar